View Full Version
Senin, 23 Apr 2018

HRW Sebut Operasi Militer Mesir di Semenanjung Sinai Beresiko Picu Terjadinya Krisis Kemanusiaan

AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Human Rights Watch (HRW) telah memperingatkan tentang krisis kemanusiaan di Semenanjung Sinai Mesir di tengah operasi militer yang sedang berlangsung terhadap jihadis yang berafiliasi dengan Islamic State (IS) di sana, mengatakan tindakan tentara di wilayah bergolak berisiko "hukuman kolektif."

Menurut kelompok hak asasi yang berbasis di New York itu, 420.000 orang di Provinsi Sinai Utara sangat membutuhkan makanan, obat-obatan dan barang-barang penting lainnya.

"Pembatasan yang keras terhadap pergerakan orang dan barang di hampir semua Sinai Utara mengancam akan memicu krisis kemanusiaan di kawasan itu," katanya memperingatkan.

Pasukan keamanan "memotong air dan listrik hampir seluruhnya di wilayah paling timur Sinai Utara, termasuk Rafah dan Sheikh Zuwayed," HRW melaporkan.

Direktur HRW Timur Tengah dan Afrika Utara, Sarah Leah Whitson, mengatakan, "Sebuah operasi kontraterorisme yang membahayakan aliran barang-barang penting ke ratusan ribu warga sipil adalah melanggar hukum dan tidak mungkin membendung kekerasan."

"Tindakan tentara Mesir yang membatasi dengan hukuman kolektif dan mengungkapkan kesenjangan antara apa yang Presiden Abdel Fattah al-Sisi klaim lakukan atas nama warga dan realitas memalukan," tambahnya.

Militer Mesir memulai operasi sweeping baru terhadap jihadis pada Februari setelah militan yang berafiliasi dengan Islamic State meluncurkan serangan bom di sebuah masjid di Sinai Utara dan menewaskan lebih dari 300 orang, dalam apa yang menandai serangan paling mematikan dalam sejarah negara Afrika Utara baru-baru ini.

Operasi Sinai 2018, yang melibatkan pasukan keamanan yang dimobilisasi dari angkatan udara, angkatan laut, tentara dan polisi, bertujuan untuk memperketat pengawasan di distrik-distrik perbatasan dan "membersihkan daerah-daerah di mana terdapat sarang teroris," media melaporkan.

Semenanjung Sinai telah berada dalam keadaan darurat sejak Oktober 2014.

Jihadis telah menargetkan baik pasukan pemerintah maupun warga sipil yang berkolaborasi dengan pasukan keamanan menggunakan berbagai serangan, mengambil keuntungan dari gejolak di Mesir yang meletus setelah presiden pertama negara itu yang terpilih secara demokratis, Muhammad Mursi, digulingkan dalam kudeta militer pada Juli 2013.

Kelompok Wilayat Sinai, yang telah berjanji setia kepada Islamic State, telah mengaku bertanggung jawab atas sebagian besar serangan. (st/ptv) 


latestnews

View Full Version