View Full Version
Kamis, 31 May 2018

Putra Penguasa Emirat Fujairah Minta Suaka ke 'Musuh' UEA, Qatar

LONDON, INGGRIS (voa-islam.com) - Putra emirat Fujairah dari Uni Emirat Arab (UEA) telah dilaporkan mendekati pejabat Qatar dan mencari suaka politik di kerajaan Teluk Persia yang kaya energi tersebut.

Fujairah merupakan salah satu dari tujuh emirat termasuk Abu Dhabi, Ajman, Dubai, Ras al-Khaimah, Sharjah dan Umm al-Qaiwain, yang membentuk negara Uni Emirat Arab.

Menurut laporan yang diterbitkan oleh surat kabar berbahasa Arab al-Akhbar yang berbasis di Lebanon, Sheikh Rashid bin Hamad al-Sharqi, yang merupakan Ketua Budaya dan Otoritas Media Fujairah (FCMA), pergi ke Kedutaan Qatar di London pada 19 Mei , dan meminta suaka.

Sumber informasi, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan pangeran Emirat itu tinggal di misi diplomatik Qatar selama tiga hari, di mana ia mengungkapkan banyak rahasia terdalam kepada para pejabat di sana.

Pada 23 Mei, al-Sharqi diangkut dengan mobil diplomatik dari Kedutaan Qatar ke Bandara Heathrow. Dia diterbangkan ke Qatar dengan pesawat pribadi, dan memasuki Doha menggunakan paspor diplomatiknya.

Otoritas Emirat, tidak pernah mendengar tentang pangeran untuk sementara waktu, menghubungi pejabat Inggris untuk mengetahui keberadaannya karena dia tidak merujuk ke Kedutaan Besar UAE di London, dan tidak ada indikasi dia telah diculik dari kediamannya di 45 Park Lane. .

Sumber itu menyatakan bahwa al-Sharqi telah memesan suite di hotel selama dua bulan berturut-turut, tetapi hanya menghabiskan 34 hari di sana.

Sumber itu kemudian mengatakan bahwa polisi Inggris mengkonfirmasi pertemuan antara al-Sharqi dan seorang Sheikh Qatar di lobi hotel 45 Park Lane pada hari yang sama ketika dia menghilang.

Pejabat Inggris juga menginformasikan kepada pemerintah Abu Dhabi bahwa pangeran Emirat tersebut tidak diculik, tetapi dengan sengaja telah pergi ke Kedutaan Qatar.

Laporan itu muncul ketika Qatar berada di tengah-tengah boikot diplomatik dan perdagangan yang dipimpin Saudi.

Arab Saudi, UAE, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada 5 Juni tahun lalu, setelah secara resmi menuduh negara itu "mensponsori terorisme." Sejak itu Qatar telah diblokade oleh 4 negara tersebut dan diperlakukan sebagai "musuh".

Pemerintahan presiden Yaman, Abd Rabbo Mansur Hadi, Libya, Maladewa, Djibouti, Senegal dan Komoro kemudian bergabung dengan kamp dalam mengakhiri hubungan diplomatik dengan Doha. Yordania menurunkan hubungan diplomatiknya juga.

Kementerian Luar Negeri Qatar kemudian mengumumkan bahwa keputusan untuk memutuskan hubungan diplomatik tidak dapat dibenarkan dan didasarkan pada klaim dan asumsi yang salah.

Pada tanggal 9 Juni, Qatar dengan keras menolak tuduhan mendukung terorisme setelah Saudi dan sekutu-sekutunya mem-blacklist puluhan individu dan entitas yang konon terkait dengan Doha.

Pada 23 Juni, Arab Saudi dan sekutu-sekutunya merilis daftar 13-point tuntutan, termasuk penutupan jaringan televisi Al Jazeera dan menurunkan hubungan dengan Iran, sebagai imbalan untuk normalisasi hubungan diplomatik dengan Doha.

Dokumen yang berisi tuntutan oleh Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab dan Bahrain juga meminta Qatar untuk memutuskan semua hubungan dengan Ikhwanul Muslimin dan gerakan perlawanan Syi'ah Hizbullata Libanon. (st/ptv)

Foto: Sheikh Rashid bin Hamad al-Sharqi (tengah).


latestnews

View Full Version