HAMA, SURIAH (voa-islam.com) - Puluhan narapidana di sebuah penjara di Suriah tengah memasuki hari kedelapan mogok makan untuk memprotes hukuman mati, dua dari mereka dan kelompok hak asasi mengatakan Senin (20/11/2018).
Penjara pusat Hama menampung ratusan narapidana, sebagian besar pria yang ditahan sehubungan dengan protes anti-rezim yang pecah pada tahun 2011 dan konflik berikutnya.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia dan dua narapidana yang berhasil dimintai keterangannya oleh AFP dari dalam penjara, mogok makan diluncurkan pada 12 November.
Itu adalah reaksi terhadap keputusan untuk mentransfer 11 narapidana ke Saydnaya, sebuah penjara dekat Damaskus yang Amnesty International telah gambarkan sebagai "rumah jagal manusia".
"Kami memulai mogok makan untuk memprotes hukuman mati terhadap 11 narapidana, dan keputusan untuk memindahkan mereka ke Saydnaya," kata seorang tahanan AFP yang dihubungi melalui telepon.
Para pemogok makan menuntut agar hukuman mati dibatalkan dan juga ingin jaminan bahwa tahanan Hama lainnya yang kasusnya masih tertunda tidak akan dikirim ke hukuman mati.
Seorang narapidana lain, yang juga meminta namanya dirahasiakan, dihubungi oleh AFP dan mengkonfirmasi mogok makan.
Kerusuhan pecah dua kali di penjara pusat Hama pada tahun 2016, yang mengakibatkan direkturnya dan kepala polisi setempat disandera dan kemudian dibebaskan setelah negosiasi.
Banyak narapidana dibebaskan atau melihat hukuman mereka diringankan. Mereka yang tetap dipenjara memiliki beberapa kendali atas fasilitas tersebut.
Akses para tahanan Hama untuk telepon seluler telah membantu mereka menarik perhatian publik terhadap penderitaan mereka.
"Ini telah memungkinkan mereka untuk menekan rezim dengan lebih mudah," kata Rami Abdel-Rahman, yang mengepalai Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Sebuah video diposting di media sosial baru-baru ini menunjukkan para pemogok makan memegang spanduk yang menuntut amnesti dan diakhirinya "hukuman sewenang-wenang".
"Aksi mogok makan para tahanan adalah pengingat yang gamblang tentang proses peradilan yang cacat di Suriah," tulis Human Rights Watch dalam sebuah pernyataan, Senin.
Puluhan ribu warga Suriah diyakini telah meninggal di penjara Suriah sejak dimulainya konflik lebih dari tujuh tahun yang lalu.
Pekan lalu, keluarga tahanan penjara Hama memprotes di depan penjara yang terkenal kejam.
Aksi duduk yang diorganisir oleh para ibu dan istri para tahanan meminta rezim untuk mancabut hukuman mati.
Komisi Pengacara Pembebasan Suriah menyerukan kepada masyarakat internasional agar segera melakukan intervensi untuk menyelamatkan ratusan ribu tahanan di penjara Bashar al-Assad, khususnya penjara Hama.
Sejak revolusi Suriah meletus pada tahun 2011, lebih dari 470.000 orang telah tewas, dan lebih dari 6 juta orang telah mengungsi. (st/zw)