View Full Version
Senin, 17 Dec 2018

Dukungan Untuk Hamas Meningkat di Wilayah Tepi Barat yang Diduduki Israel

TEPI BARAT, PALESTINA (voa-islam.com) - Hampir dua lusin warga Palestina telah ditangkap dalam tindakan keras penindasan Zionis Israel di Tepi Barat di tengah persepsi bahwa dukungan untuk Hamas meningkat di wilayah-wilayah pendudukan.

Partai saingan Fatah yang memerintah Tepi Barat tetapi wilayah telah menyaksikan bentrokan terburuk antara pasukan keamanan Otorita Palestina pimpinan Mahmoud Abbas dengan para pengunjuk rasa Palestina selama seminggu.

Pada hari Jum'at, Tepi Barat mengalami penggerebegan militer dengan proporsi yang luar biasa dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir setelah protes diadakan di Ramallah, Nablus dan Hebron (al-Khalil) untuk memperingati ulang tahun ke-31 Hamas.

Polisi setempat menembak ke udara dan memukuli demonstran setelah peserta mengibarkan bendera Hamas dan menolak melambaikan bendera Fatah dan yang lainnya.

Insiden lebih lanjut di mana tiga orang Israel, termasuk dua tentara, tewas di dekat permukiman di Tepi Barat telah memperkuat citra patriotik gerakan perlawanan karena mereka telah dikaitkan dengan sel Hamas.

Sebaliknya, citra Otorita Palestina telah ditetapkan sebagai "subkontraktor pendudukan," dengan pasukan keamanannya bekerja di bawah bayang-bayang pasukan Israel.

Polisi Palestina selalu menghilang setiap kali pasukan Israel menyerang lingkungan di Tepi Barat, membobol toko-toko dan rumah-rumah dan menembaki orang-orang muda yang melempar batu.

Di bawah Persetujuan Oslo tahun 1993, Pasukan Keamanan Nasional Palestina dilarang membela rekan-rekan mereka dari serangan militer Zionis Israel.

Pasukan Israel menangkap 18 warga Palestina pada hari Senin (17/12/2018), membawa jumlah total orang yang ditahan di Tepi Barat sejak Ahad lalu ke lebih dari 300, koresponden Press TV di Ramallah Mona Kandil melaporkan.

"Dua rumah Palestina telah dihancurkan sejak pekan lalu," katanya, mengacu pada kebijakan Tel Aviv untuk meratakan rumah-rumah mereka yang dituduh melakukan kekerasan terhadap pasukan atau warga sipil Israel.

Pada hari Sabtu, pasukan Israel meledakkan sebuah rumah di kamp pengungsi al-Am'ari di Ramallah, yang dimiliki oleh ibu Islam Abu Hamid yang berada di penjara.

Komite legislatif tingkat menteri Israel juga mengajukan RUU pada hari Ahad mengizinkan pengusiran keluarga dari mereka yang dituduh oleh rezim sebagai pelaku "terorisme."

Rancangan undang-undang, yang sekarang membutuhkan persetujuan Knesset, "memungkinkan anggota keluarga "teroris" untuk dievakuasi secara paksa dari komunitas asal mereka dalam tujuh hari setelah serangan atau upaya serangan," The Jerusalem Post melaporkan.

"Ini merupakan langkah penting dalam memulihkan pencegahan," kata menteri pendidikan Israel garis keras Naftali Bennett, yang telah menganjurkan RUU itu.

Pasukan Israel tewas setelah seorang penyerang muncul dari sebuah kendaraan dan menembaki tentara di dekat permukiman Beit El dan Ofra pada hari Kamis.

Penembakan terjadi setelah pasukan Israel menewaskan tiga warga Palestina dalam operasi terpisah selama rentang hanya enam jam.

"Publik Palestina melihat insiden di mana tentara dan warga sipil Israel ditembak dekat pos terdepan Givat Assaf dan pintu masuk ke Ofra sebagai tindakan kepahlawanan yang sah terhadap perambahan para pemukim yang tak berujung di daerah itu," tulis harian Israel Haaretz pada Senin.

Kepala politik Hamas, Ismail Haniyeh, membela serangan itu ketika ia berbicara kepada hampir setengah juta orang Palestina yang berkumpul di alun-alun Al-Katiba di pusat Gaza pada hari Ahad untuk memperingati ke-31 tahun berdirinya Hamas.

"Saya juga akan merespon Zionis yang mengatakan apa yang terjadi di Tepi Barat didasarkan pada arahan dan pengaturan dari Gaza. Ini adalah tuduhan yang kami tidak sangkal ... karena itu adalah sumber kebanggaan yang utama atas kita semua, "Kata Haniyeh. (st/ptv)


latestnews

View Full Version