View Full Version
Senin, 24 Dec 2018

Presiden Erdogan dan Netanyahu Kembali Terlibat Perang Kata-kata

ANKARA,TURKI (voa-islam.com) - Para pemimpin Turki dan Israel kembali terlibat perang kata-kata baru, dengan kedua kepala saling berdebat lagi pada hari Ahad (23/12/2018).

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebutnya sebagai "penindas", menyusul tuduhannya bahwa Erdogan telah membantai orang Kurdi.

"Anda seorang penindas, kejam dan kepala negara teror," kata Erdogan tentang Netanyahu.

Dia juga mengatakan Israel "menduduki Palestina" dan telah melakukan "dosa, kejahatan terhadap kemanusiaan, pembantaian".

Netanyahu membalas pada hari Ahad yang menyebut Erdogan sebagai "diktator anti-Semit" yang "terobsesi dengan Israel".

Turki dan Israel telah melihat hubungan yang memburuk dalam beberapa bulan terakhir, dan mengikuti pembekuan total hubungan ketika para aktivis Turki dibunuh oleh tentara Israel dalam armada yang melakukan perjalanan ke Gaza pada 2010.

Turki juga marah dengan undang-undang kontroversial yang disahkan oleh parlemen Israel pada bulan Juli yang mendefinisikan negara itu sebagai negara bangsa orang-orang Yahudi.

"Jangan menendang musuh yang telah Anda jatuhkan ke tanah. Anda bukan seorang Yahudi di Israel," kata Erdogan kepada sekelompok pemuda Turki.

Netanyahu mengatakan kepada Erdogan dalam sebuah tweet pada Sabtu malam bahwa ia "seharusnya tidak menceramahi Israel" sebagai "penjajah Siprus utara, yang pasukannya membantai perempuan dan anak-anak di desa-desa Kurdi, di dalam dan di luar Turki".

Kepala penasihat Erdogan Ibrahim Kalin juga mengecam Netanyahu, mentweet bahwa perdana menteri Israel itu telah menggunakan Erdogan "... sebagai chip politik" dalam upaya untuk menyelamatkan dirinya sendiri "dari masalah domestiknya".

Erdogan juga mengatakan awal bulan ini bahwa orang-orang Palestina menjadi sasaran "tekanan, kekerasan dan kebijakan intimidasi yang tidak kalah buruk dari penindasan yang dilakukan terhadap orang-orang Yahudi selama Perang Dunia Kedua", mengacu pada Holocaust.

Ankara memerintahkan duta besar Israel untuk meninggalkan Turki pada Mei karena pembunuhan para pengunjuk rasa di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza.

Erdogan telah mencontohkan dirinya sebagai pembela perjuangan Palestina, dan menggambarkan Israel sebagai "negara rasis dan paling rasis di dunia".

Terlepas dari retorika tersebut, kedua negara berbagi ikatan ekonomi yang kuat dan hubungan perdagangan yang kuat. (st/TNA)


latestnews

View Full Version