MOSKOW, RUSIA (voa-islam.com) - Taliban dilaporkan akan mengadakan pertemuan dengan beberapa pemimpin oposisi Afghanistan di Moskow, dalam suatu langkah yang kemungkinan akan mengasingkan pemerintah Afghanistan, yang sudah dikecualikan dari pembicaraan antara kelompok jihadis tersebut dan Amerika Serikat.
Laporan media mengatakan pada hari Ahad (3/1/2019) bahwa pertemuan dua hari di ibukota Rusia akan dimulai pada hari Selasa dan akan dihadiri oleh beberapa saingan politik utama Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.
Berbicara kepada AFP, seorang "pejabat senior Taliban" menggambarkan pertemuan itu sebagai non-politik dan "diatur oleh beberapa organisasi yang berbasis di Moskow."
Sabtu malam, Kedutaan Besar Rusia di Kabul mengeluarkan pernyataan atas nama "Masyarakat Afghanistan Rusia," yang mengatakan kelompok itu telah mengundang "tokoh-tokoh berpengaruh" untuk berdialog di President Hotel di Moskow.
"Kami siap memainkan peran kami dalam membawa perdamaian ke Afghanistan," bunyi pernyataan itu.
Di antara mereka yang telah mengkonfirmasi kehadiran mereka adalah Haneef Atmar, yang mencalonkan diri melawan Ghani dalam pemilihan yang dijadwalkan untuk Juli.
Mantan panglima perang Atta Muhammad Noor dan mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai juga akan menghadiri pembicaraan tersebut, menurut AFP.
Noor mengatakan pertemuan itu adalah "jalan menuju penguatan upaya perdamaian yang dipimpin oleh AS" sementara Atmar menggambarkannya sebagai "langkah penting menuju pembicaraan damai intra-Afghanistan."
Dewan yang ditunjuk pemerintah yang ditugaskan untuk melibatkan Taliban mengatakan mereka tidak diundang ke Moskow.
Amrullah Saleh, yang mencalonkan diri sebagai wakil presiden bersama Ghani dalam pemilihan, menyuarakan frustrasi dalam sebuah posting di halaman Facebook-nya.
"Ini menunjukkan puncak depresi, dan mengemis kepada teroris," kata Saleh, sambil menambahkan, "Senyuman terhadap musuh adalah pukulan bagi semangat nasional."
Sebghat Ahmadi, juru bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan mengatakan, "Saat ini, kami tidak melihat perlunya pertemuan seperti itu."
"Kami tahu itu tidak akan membantu Afghanistan menuju mencapai perdamaian sama sekali, jadi itu sedikit lebih dari sebuah drama politik," tambahnya.
Pemerintah Ghani telah dibekukan dari pembicaraan antara AS dan Taliban, termasuk enam hari pembicaraan di Doha bulan lalu.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan pasukan asing di Afghanistan harus secara bertahap meninggalkan daerah yang dilanda perang itu.
Taliban dijadwalkan akan mengadakan lagi perundingan damai dengan AS di Doha pada 25 Februari.
Kelompok pejuang Taliban mengatakan sebelumnya bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump "tampaknya" "serius" dalam perundingannya dengan kelompok itu untuk mengakhiri perang di negara Asia tersebut.
Presiden Ghani mengatakan di Kabul pada hari Ahad bahwa dia tidak akan menerima "perjanjian damai sementara."
"Bahkan jika saya memiliki satu tetes darah di tubuh saya, saya tidak akan menyerah pada perjanjian damai sementara," katanya. "Tujuan kami adalah memiliki kedamaian yang disertai dengan martabat." (st/ptv)