LONDON (voa-islam.com) - Demonstrasi diadakan di luar kedutaan besar Cina di London pada hari Selasa kemarin (5/2/2019) mengecam pelanggaran hak asasi manusia Cina terhadap minoritas Uighur Turki di Daerah Otonomi Xinjiang, juga disebut sebagai Turkestan Timur.
Demonstrasi ini diselenggarakan oleh Observatorium Internasional Hak Asasi Manusia (IOHR) dan dihadiri lebih dari 100 demonstran yang berkumpul dalam kondisi cuaca hujan. Mereka menuntut pemerintah Cina menutup kamp konsentrasi di mana lebih dari 1 juta Muslim Uighur ditahan.
Sambil mengibarkan bendera Turkistan Timur dan Turki, massa yang berkerumun meneriakkan slogan-slogan "Turkistan Bebas Merdeka!" Dan "Stop Pembunuhan Terhadap Uighur!"
"Kami berkumpul di sini hari ini untuk menyerukan pemerintah Cina agar mengakhiri penindasan sistematis terhadap minoritas etnis Muslim Uighur di Xinjiang," kata seorang organisator dari IOHR.
"Demonstrasi ini dan banyak lainnya harus mengingatkan pemerintah Cina bahwa dunia tahu apa yang sedang terjadi dan Muslim Uighur tidak akan menderita dalam kesunyian atau kesepian. Kami akan berdiri di samping mereka. ”
Kelompok-kelompok hak asasi manusia seperti Human Rights Watch dan Amnesty International menuduh pemerintah Cina terlibat dalam kampanye pembersihan etnis dengan menghancurkan identitas dan budaya Muslim Uighur dan melarang mereka mempraktikkan agama mereka.
Menurut Amnesty International, hingga satu juta Muslim Uighur telah ditahan di kamp-kamp konsentrasi atau 'pusat-pusat pendidikan ulang' dan menghadapi penyiksaan fisik serta mental ketika mereka dipaksa untuk meninggalkan agama mereka dan berjanji kesetiaan kepada Partai Komunis .
"Itu adalah ketidakadilan," ungkap Ferida, seorang pengunjuk rasa, mengatakan kepada Anadolu Agency.
“Mereka dihukum karena mereka mengikuti keyakinan yang berbeda dengan Xi dan partainya. Itulah satu-satunya kejahatan mereka: kepercayaan mereka, ” tambahnya, merujuk pada Xi Jinping, presiden Cina dan pemimpin Partai Komunis Cina yang sangat kuat.
Pemerintah Cina sendiri telah berulang kali menyatakan bahwa mereka menahan orang-orang yang dituduh melakukan kejahatan ringan dan yang ditahan merasa 'bersyukur' berada di sana. Namun, catatan pribadi dari mantan tahanan melukiskan gambaran di mana Muslim Uighur dilarang untuk menjalankan kewajiban agama mereka.
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Human Rights Watch, pemerintah Cina telah melakukan kebijakan represif ini selama bertahun-tahun terhadap orang-orang Uighur dan penahanan massal Muslim Uighur di kamp-kamp konsentrasi adalah yang terbaru dalam kampanye penindasan.[fq/voa-islam.com]