TEPI BARAT, PALESTINA (voa-islam.com) - Seorang warga Palestina dari Nablus yang menjadi mata-mata berkolaborasi dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan badan intelijen Shin Bet menuntut Al Jazeera untuk 10 juta Shekel Israel karena dia mengklaim Al Jazeera mengungkapkan identitasnya, menurut surat kabar Maariv.
Laporan tersebut menyatakan bahwa mengekspos identitas sang mata-mata adalah melanggar hukum dan juga membahayakan keselamatan (nama samaran) Ahmed.
"Penggugat tidak dapat mengunjungi keluarganya hari ini, karena orang tua dan sepupunya sangat marah kepadanya, dan mereka lebih mungkin membunuhnya jika mereka bertemu," gugatan itu diajukan ke Pengadilan Distrik Yerusalem pada pertengahan Februari.
Ahmed berkolaborasi dengan IDF dan Shin Bet pada tahun 2004. Pada tahun 2014, Ahmed berpartisipasi dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera. Dia meminta kantor berita tersebut untuk mengaburkan fotonya dan menyembunyikan identitasnya. Sementara Al-Jazeera mengaburkan fotonya, namun mereka menerbitkan nama lengkapnya.
Ahmed tidak hanya berdebat tentang kelalaian, tetapi percaya bahwa ia mungkin telah dibentuk. Dia ingat bahwa "seorang reporter sedang menunggu saya, dan dia meminta saya untuk berbicara."
"Hari ini saya tinggal di jalan karena artikel ini, saya mati setiap hari jutaan kali," kata Ahmed. "Ketika saudara lelaki dan keponakan saya meninggal, saya tidak bisa menemani mereka dalam perjalanan terakhir mereka [ke pemakaman mereka], dan saya sekarang menjalani perawatan psikiatris. Dan tidak ada yang berbicara kepada saya." (st/JP)