View Full Version
Senin, 18 Feb 2019

Rezim Teroris Assad Bertanggung Jawab atas 98 Persen Serangan Kimia di Suriah

BERLIN, JERMAN (voa-islam.com) - Hampir semua dari ratusan serangan kimia di Suriah sejak awal perang 2011 dilakukan oleh rezim teroris Bashar al-Assad, menurut sebuah laporan yang dirilis pada hari Ahad (17/2/2019) oleh Global Public Policy Institute.

Laporan tersebut menyatakan bahwa setidaknya 336 serangan kimia telah terjadi dalam perang Suriah, dengan sekitar 90 persen terjadi setelah mantan Presiden AS Barack Obama menjanjikan "garis merah" yang terkenal pada Agustus 2013.

Sekitar 98 persen dari serangan gas beracun tersebut dilakukan oleh rezim teroris Assad, dengan kelompok Islamic State (IS) bertanggung jawab atas sisanya.

"Kampanye perang kimia militer Suriah terkait erat - secara logistik, operasional dan strategis - dengan kampanye perang konvensional," tulis laporan itu.

"Rancangan amunisi klorin improvisasi rezim Assad, yang telah menyumbang setidaknya 89 persen dari semua serangan kimia selama perang, jelas berasal dari bom 'barel' atau 'misil' konvensional."

Ribuan orang telah tewas dalam serangan kimia rezim teroris Suriah terhadap daerah-daerah oposisi. Paling mematikan adalah penggunaan gas sarin, yang digunakan di Ghouta timur pada 2013 dan desa Idlib Khan Sheikhoun pada 2017.

Tujuannya - seperti penggunaan bom barel oleh rezim - tampaknya bertujuan untuk menciptakan teror di wilayah sipil oposisi daripada mencapai kemenangan militer.

"Jelas bahwa militer Suriah secara konsisten memprioritaskan serangan terhadap pusat-pusat populasi di bandingkan posisi pemberontak di garis depan, bahkan dalam menghadapi kekalahan di lapangan. Memang, penggunaan senjata kimia yang terus-menerus dan meluas rezim Suriah paling baik dipahami sebagai bagian dari strategi perang keseluruhan hukuman kolektif populasi di daerah yang dikuasai oposisi, "tulis laporan itu, yang ditulis oleh Tobias Schneider dan Theresa Lutkefend.

"Senjata kimia merupakan komponen integral dari gudang senjata kekerasan yang tidak pandang bulu, di samping pengepungan dan senjata peledak tinggi seperti 'bom barel'."

Penggunaan pertama senjata kimia dicatat di Khalidiya, Homs pada akhir 2012. Klorin digunakan dalam 89 persen serangan, yang berpusat di daerah-daerah oposisi di Aleppo, Damaskus, dan Idlib.

Kegagalan Barat untuk menghentikan serangan-serangan ini telah menyebabkan ledakan dalam jumlah pengungsi dan kematian dalam perang, laporan itu menyimpulkan. (st/TNA)


latestnews

View Full Version