View Full Version
Ahad, 03 Mar 2019

8 Orang Tewas Akibat Bentrokan Baru Antara India-Pakistan di Kashmir

KASHMIR, PAKISTAN (voa-islam.com) - Delapan orang tewas di Kashmir menyusul bentrokan antara pasukan India dan Pakistan di perbatasan bermasalah antara kedua negara, kata para pejabat, Sabtu (2/3/2019).

Pos-pos militer dan desa-desa menjadi sasaran kedua belah pihak di Kashmir yang disengketakan, menewaskan sedikitnya enam warga sipil dan dua tentara Pakistan, klaim para pejabat Sabtu, ketika bentrokan-bentrokan berita meletus Jum'at malam.

Dua tentara Pakistan tewas dalam baku tembak dengan pasukan India di dekat Garis Kontrol yang memisahkan kedua pihak di Kashmir.

Pejabat pemerintah Di Kashmir yang dikuasai Pakistan, Umar Azam mengatakan pasukan India dengan senjata berat "membidik penduduk desa perbatasan tanpa pandang bulu" di sepanjang Garis Kontrol, membunuh seorang anak lelaki dan melukai tiga orang lainnya. Dia mengatakan beberapa rumah dihancurkan oleh penembakan India.

Bentrokan antara kedua belah pihak meningkat setelah serangan mematikan militan terhadap pasukan India bulan lalu.

India menanggapi dengan serangan udara yang jarang terjadi di Pakistan pada hari Selasa, dengan kekhawatiran bahwa perang akan pecah antara kedua kekuatan nuklir.

Setelah jeda pertempuran pada hari Jum'at, penembakan dan penembakan kembali pada hari berikutnya.

Dua warga sipil tewas dan dua lainnya cedera dalam bentrokan baru itu, kata satu pernyataan militer Pakistan.

Tentara India menuduh pasukan Pakistan menyerang pos militer India.

Namun, para menteri Pakistan mengatakan layanan kereta api utama antara Pakistan dan India yang bertetangga akan dilanjutkan pada hari Senin, sebagai tanda hubungan membaik.

Pakistan juga telah membebaskan seorang pilot India yang pesawat tempurnya mereka tembak jatuh beberapa waktu yang lalu.

India dan Pakistan telah berperang dua dari tiga perang mereka atas Kashmir sejak kemerdekaan mereka dari kekuasaan Inggris pada tahun 1947.

Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi mengatakan Sabtu bahwa Rusia telah menawarkan untuk menengahi penghentian krisis. (st/TNA)


latestnews

View Full Version