BAGHDAD, IRAK (voa-islam.com) - AS dilaporkan mengirim para pejuang Islamic State (IS) dan anggota keluarga mereka dari kubu terakhir IS di provinsi Deir Al-Zor Suriah ke kamp-kamp di Irak barat yang oleh seorang analis Irak disebut sebagai "Guantanamo baru".
Lima tahun setelah IS menyapu Suriah dan Irak, kekhalifahan yang pada puncaknya membentang di dua negara dan menguasai 10 juta orang, saat ini yang tersisa di Suriah adalah sedikit wilayah di tikungan sungai Efrat yang mengalir melalui kota padang pasir Baghuz.
Para pejuang IS saat ini terperangkap dari timur dan barat dengan gerak maju militan SDF yang didukung-AS dan oleh tentara Suriah dan Rusia.
Antara 1.000 hingga 1.500 pria diyakini masih di dalam saku tepi sungai, bersama dengan sejumlah wanita dan anak-anak yang tidak diketahui jumlahnya.
Sekarang, koalisi pimpinan AS dilaporkan mengevakuasi kantong tersebut dan memindahkan para pejuang IS dan anggota keluarga mereka ke kamp-kamp di Irak barat.
Analis keamanan Irak Hazem al-Bawi mengklaim AS berusaha membuat kamp Teluk Guantanamo baru, mirip dengan penjata yang terkenal di Kuba.
Menurut al-Bawi, AS menekan pemerintah Irak untuk membuat kamp untuk menampung ribuan anggota keluarga pejuang Islamic State di daerah gurun Irak barat, tetapi ada kekhawatiran bahwa kamp akan berubah menjadi Guantanamo baru.
"Pemerintah harus mencegah AS menemukan alasan baru untuk memperpanjang kehadiran mereka di Irak melalui menampung teroris di kamp-kamp baru ini," kata sang analis.
Kamp penahanan Guantanamo adalah penjara militer Amerika Serikat yang terletak di pantai Teluk Guantanamo di Kuba, tempat banyak tersangka jihadis ditahan tanpa batas waktu tanpa tuduhan di tengah laporan penyiksaan.
Meskipun sebelumnya telah dijanjikan oleh Presiden AS Barack Obama dan penggantinya Donald Trump untuk menutup penjara yang terkenal itu, Trump mengatakan pada bulan Januari bahwa ia telah menandatangani perintah eksekutif baru untuk tetap membukanya.
Sebuah laporan Senat pada bulan Desember 2014 mengungkapkan bahwa CIA telah menggunakan beragam pelecehan seksual dan bentuk-bentuk penyiksaan lainnya sebagai bagian dari metode interogasinya terhadap para tahanan di Guantanamo. (st/ptv)