View Full Version
Jum'at, 22 Mar 2019

Janda Korban Pembantaian di Masjid Christchurch: Dunia Menyaksikan Siapa yang Teroris

CHRISTCHURCH, SELANDIA BARU (voa-islam.com) - Salwa Mustafa kehilangan seorang suami dan putra akibat pembantaian yang dilakukan seorang teroris supremasi kulit putih di Masjid Al Noor, tetapi pengungsi Suriah itu memiliki pesan yang mendalam bagi dunia sepekan setelah tragedi itu.

"Jika mereka berpikir bahwa mereka menghancurkan kita, mereka salah," Mustafa mengatakan pada konferensi pers ketika dia memegang tangan putranya yang tersisa, yang ditembak di kaki selama serangan itu.

"Apa yang terjadi membuat kita lebih kuat, karena kita bukan teroris," katanya.

"Orang-orang mengatakan bahwa ... Muslim adalah teroris. Seluruh dunia menyaksikan siapa yang teroris," katanya. "Muslim adalah orang-orang yang cinta damai, bukan teroris."

"Dan saya berharap seluruh dunia sekarang dapat memahami Islam yang sebenarnya, realitas Islam," tambahnya.

Khalid Mustafa, 40, dan putranya yang berusia 15 tahun, Hamza, adalah yang pertama dari 50 korban dalam penembakan di dua masjid di kota Selandia Baru bagian selatan yang dimakamkan pada hari Rabu.

Keluarga itu tiba di Selandia Baru tahun lalu sebagai pengungsi dari konflik di Suriah, hanya untuk menemukan diri mereka korban kekerasan di tanah yang mereka pikir aman.

Teroris bersenjata supremasi kulit putih, Brenton Tarrant dari Australia, menceritakan motivasinya dalam manifesto bertele-tele di mana ia berbicara tentang keinginan untuk memerangi "penjajah Muslim".

Dalam konferensi pers emosional hari Jum'at (22/3/2019), Mustafa dan putranya yang masih hidup Zaid, 13, berterima kasih kepada warga Selandia Baru karena telah mengorganisir seruan adzan hari Jum'at secara nasional.

Zaid, yang duduk di kursi roda dengan selimut menutupi kakinya yang terluka, mengatakan bahwa dia sangat terpukul karena kehilangan ayah dan saudara lelakinya.

"Aku merasa jika aku mati dan ayah dan kakakku masih hidup, itu akan lebih baik," katanya, menyeka air mata dari matanya.

Tapi dia bersumpah untuk tetap hidup untuk mereka.

"Aku merasa kalau aku hanya duduk-duduk sedih sepanjang waktu, itu tidak masuk akal," tambahnya.

"Aku berpikir untuk menyelesaikan hidupku seakan tidak ada yang mati."

Zaid menambahkan bahwa ia akan kembali ke Al Noor untuk sholat begitu dibuka kembali dan ia telah pulih dari lukanya.

"Ini sangat berarti, segala puji bagi Allah atas segala yang terjadi," katanya. (st/CNA)


latestnews

View Full Version