WASHINTON (voa-islam.com) - Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo memperbarui tuntutannya agar Cina mengakhiri praktik dalam menahan Muslim Uighur di kamp-kamp besar di Xinjiang, sehari setelah menyebut praktik itu "menjijikkan".
Pompeo berbicara pada hari Rabu kemarin ketika bertemu dengan orang yang selamat dan kerabat rezim, di mana setidaknya satu juta Uighur diyakini ditahan.
"Kami menyerukan kepada pemerintah Cina untuk segera membebaskan anggota keluarga orang-orang ini dan semua orang lain yang ditahan secara sewenang-wenang di kamp-kamp," kata departemen luar negeri dalam sebuah pernyataan pada pertemuan dengan Pompeo.
Sebelumnya pada hari Selasa, diplomat senior AS bertemu Mihrigul Tursun, seorang Uighur yang telah berbicara secara terbuka di AS tentang apa yang ia katakan adalah penyiksaan yang tersebar luas di penjara-penjara Cina untuk kelompok minoritas.
Dia mengatakan dia terpisah dari anak-anaknya dan ditahan di sel sempit dengan 60 wanita lainnya, menderita sengatan listrik dan pemukulan selama interogasi 24 jam.
Departemen luar negeri mengatakan, Pompeo juga bertemu dengan tiga warga Uighur lainnya yang kerabatnya ditahan oleh Cina, yang menurut sebuah laporan PBB telah menahan satu juta warga Uighur karena berusaha secara paksa untuk mengintegrasikan kelompok minoritas.
“Kami berupaya meyakinkan orang Cina bahwa praktik ini menjijikkan dan harus dihentikan,” kata Pompeo.
Menurut departemen luar negeri dan kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional, Cina telah menyita Al-Quran dari Uighur dan memaksa mereka untuk minum alkohol dan makan daging babi, yang dilarang oleh Islam.
"Ini adalah salah satu masalah hak asasi manusia yang paling serius di dunia saat ini," kata pejabat departemen luar negeri Michael Kozak tentang penahanan Uighur saat ia menyajikan laporan HAM tahunan terbaru.
China sendiri membantah laporan penahanan massal, dengan mengatakan negara itu menjalankan pusat pelatihan pendidikan sebagai bagian dari perang melawan ekstremisme Islam di wilayah barat laut Xinjiang.[fq/guardian/voa-islam.com]