TRIPOLI (voa-islam.com) - Sekitar 205 orang tewas, termasuk 18 warga sipil, dan 913 lainnya cedera dalam dua pekan pertempuran di dekat ibukota Libya Tripoli, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis hari ini (18/4/2019).
Serangan rudal menghantam distrik Tripoli yang padat penduduk Selasa malam, menimbun kesengsaraan terhadap warga sipil dari serangan dua minggu oleh pasukan komandan Khalifa Haftar yang berusaha mengambil ibukota Libya dari pemerintah yang didukung internasional.
Dewan Keamanan PBB terpecah tentang cara mengatasi krisis di Libya setelah negosiasi baru mengenai rancangan resolusi yang menuntut gencatan senjata di Tripoli gagal menghasilkan kesepakatan.
Jerman, yang memegang kursi kepresidenan, menyerukan pertemuan darurat setelah Tripoli menyaksikan pertempuran terberat sejak komandan Khalifa Haftar melancarkan serangan untuk merebut ibukota hampir dua minggu lalu.
Dewan dijadwalkan akan bertemu pada hari Kamis untuk mendengar pengarahan tentang situasi di lapangan dan "berkonsultasi dalam perjalanan ke depan," menurut catatan yang dikirim oleh diplomat Jerman dan dilihat oleh AFP.
Perpecahan di antara kekuatan dunia semakin dalam ketika Tripoli berjuang untuk pulih dari pertempuran terberat sejak serangan diluncurkan hampir dua minggu lalu.
Inggris telah mengajukan rancangan resolusi yang menyerukan gencatan senjata dan de-eskalasi segera tetapi Rusia memunculkan kekhawatiran atas bahasa yang mengkritik serangan Haftar sebagai ancaman terhadap stabilitas Libya.
Versi yang sedikit dipermudah diajukan oleh Inggris pada hari Rabu tetapi tiga negara Afrika di dewan - Guinea Ekuatorial, Pantai Gading, Afrika Selatan - memblokirnya.
Rusia juga mengatakan langkah yang diusulkan itu bahkan setelah diubah "masih jauh dari mengakomodasi keprihatinan kami," menurut catatan dari misi Rusia yang dilihat oleh AFP.[fq/voa-islam.com]