TRIPOLI (voa-islam.com) - Ribuan orang turun ke jalan-jalan di ibu kota Libya mengecam Presiden AS Donald Trump, yang menyebut serangan komandan Khalifa Haftar di Tripoli sebagai perang melawan terorisme.
Setidaknya 2.000 orang menggelar aksi protes di Syuhada Square Tripoli pada hari Jumat kemarin (19/4/2019), sambil membawa poster menentang campur tangan negara-negara asing dalam urusan Libya.
Aksi protes itu terjadi setelah Gedung Putih mengungkapkan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat bahwa Trump secara pribadi telah membahas situasi di Tripoli dengan Haftar via telepon awal pekan ini.
Tentara Nasional Libya (LNA) yang berada di bawah komando Haftar melancarkan serangan awal bulan ini terhadap Tripoli untuk menggulingkan pemerintah Perdana Menteri Fayez al-Serraj yang diakui secara internasional.
Serangan itu telah memicu pertempuran sengit antara pasukan Haftar dan mereka yang setia pada pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) sehingga mengancam negara itu ke dalam perang saudara.
Pertempuran itu telah menewaskan lebih dari 200 orang dan menyebabkan 614 lainnya terluka, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pernyataan Gedung Putih mengatakan Trump mengakui peran penting Haftar dalam memerangi terorisme dan mengamankan sumber daya minyak Libya.
LNA memiliki hampir dua pertiga negara dan semua ladang minyak di bawah kendalinya, dan beberapa pengamat melihat desakan Barat untuk pengadilan Haftar didorong oleh kehausan mereka akan minyak Libya.
PBB sendiri mencirikan serangan Haftar terhadap Tripoli sebagai upaya kudeta dan memperingatkan akan ada konsekuensi yang serius terkait masalah ini.
Namun penjabat kepala Pentagon Patrick Shanahan mengatakan pada hari Jumat bahwa ia mendukung peran Haftar dalam kontraterorisme, dengan mengatakan Washington membutuhkan dukungannya dalam membangun stabilitas demokrasi di kawasan itu.
Seorang peneliti di Institut Clingendael, sebuah lembaga pemikir hubungan internasional di Den Haag, mengatakan pembicaraan Trump dengan Haftar sama artinya dengan mendukung operasi yang dilakukan Haftar.
Haftar, yang berada di antara para perwira yang membantu mantan diktator Muammar Gaddafi berkuasa pada 1969, hidup selama sekitar 20 tahun di negara bagian Virginia, AS.
Dia kemudian kembali ke Libya pada tahun 2011 untuk bergabung dengan pemberontakan dan intervensi militer NATO yang menggulingkan Gaddafi. Libya sejak itu menjadi tempat meningkatnya kekerasan.[fq/voa-islam.com]