RIYADH, ARAB SAUDI (voa-islam.com) - Koalisi pimpinan Saudi di Yaman menghancurkan fasilitas drone yang digunakan oleh pemberontak Syi'ah Houtsi di pangkalan udara di ibukota Sana'a, kata seorang jurubicara.
Koalisi telah meningkatkan serangan terhadap situs-situs tersebut setelah pemberontak yang didukung Syi'ah Iran memperingatkan bulan lalu bahwa mereka dapat melancarkan serangan terhadap ibu kota Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang memimpin koalisi militer melawan mereka.
Serangan terbaru Rabu (1/5/2019) malam menargetkan "situs pemeliharaan drone, sistem komunikasi dan lokasi para ahli dan operator drone" di pangkalan Al-Dulaimi yang berdampingan dengan bandara di Sana'a yang dikuasai pemberontak, kata pejabat resmi Saudi Press mengutip juru bicara koalisi Kolonel Turki al-Maliki sebagaimana yang dikatakan.
Kantor berita Saba yang dikontrol Syi'ah Houtsi mengatakan 13 serangan udara menargetkan pangkalan dan bandara.
Koalisi bulan lalu mengatakan pihaknya menargetkan sebuah gua di Sana'a yang digunakan oleh pemberontak Syi'ah Houtsi untuk menimbun drone.
Serangan itu terjadi setelah koalisi melaporkan bulan lalu bahwa pertahanan udara Saudi telah mencegat dua pesawat tak berawak yang diluncurkan oleh pemberontak Syi'ah Houtsi yang menargetkan Khamis Mushait, rumah bagi pangkalan udara utama di barat daya kerajaan.
Dan pada bulan Januari, pemberontak Syi'ah Houtsi melancarkan serangan pesawat tak berawak ke pangkalan udara terbesar Yaman, Al-Anad, utara pelabuhan selatan Aden, selama parade militer.
Sebelas orang terluka dalam serangan itu, termasuk wakil kepala staf Yaman Mayor Jenderal Saleh al-Zandani yang kemudian meninggal karena luka-lukanya.
Tujuh loyalis lainnya - termasuk seorang pejabat intelijen tingkat tinggi - tewas dalam serangan itu.
Yaman terperosok dalam konflik yang menghebat antara pemberontak Syi'ah Houtsi yang didukung Iran dan pemerintah yang didukung oleh koalisi yang dipimpin Saudi.
Koalisi yang dipimpin Saudi meluncurkan serangan pertama terhadap benteng-benteng pemberontak pada Maret 2015 dalam upaya untuk mendukung Presiden Abdu Rabbo Mansour Hadi, yang sekarang tinggal di Riyadh.
Sejak itu konflik telah menewaskan sekitar 10.000 orang, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, meskipun kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan jumlah korban bisa lima kali lebih tinggi.
Kerusuhan itu juga telah mendorong negara itu ke ambang kelaparan. (st/AFP)