YANGON (voa-islam.com) - Sebuah kelompok ekstremis diduga membakar toko-toko dan sekolah-sekolah Rohingya di desa Kun Taing di kota Buthidaung, Myanmar, Kamis malam kemarin, menurut sebuah laporan.
"Ini adalah desa Muslim. Kami telah hidup di sini dengan damai selama beberapa generasi. Kami menyambut kelompok-kelompok agama lain di desa kami. Kami tidak pernah memiliki masalah," seorang lelaki tua Rohingya, yang meminta anonim karena takut akan pembalasan, mengatakan kepada Stateless Rohingya, sebuah situs web yang dikelola dari Irlandia yang bertujuan menyoroti keadaan buruk orang-orang Rohingya.
Laporan itu termasuk video 35 detik yang menunjukkan warga berusaha memadamkan api. Tidak jelas apakah kobaran api yang terlihat di video itu di sebuah sekolah atau toko, atau apakah rekaman itu asli.
Sebuah sekolah dasar pemerintah, sebuah Maktab Arab (sekolah) hancur total dan 41 toko milik Rohingya dibakar, kata Stateless Rohingya.
Buthidaung sekarang menjadi titik fokus pertarungan antara militer Myanmar dan Tentara Arakan Rakhine - yang didominasi oleh kelompok etnis Budha yang memperjuangkan otonomi yang lebih besar di wilayah itu - kata laporan itu, mengutip kekhawatiran para ahli Rohingya bahwa "api hari Kamis digunakan oleh militer untuk memecah belah dua komunitas dan mengalihkan perhatian dari pelanggaran hak asasi mereka pada warga sipil Rakhine selama bentrokan yang sedang berlangsung dengan Tentara Arakan."
Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat akan serangan sejak belasan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012 silam.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, kebanyakan wanita, dan anak-anak, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan penumpasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.
Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan negara Myanmar, menurut sebuah laporan oleh Ontario International Development Agency (OIDA).
Lebih dari 34.000 Rohingya juga dilemparkan ke dalam api, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli, kata laporan itu, berjudul "Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terungkap".
Sekitar 18.000 perempuan dan gadis Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar dan 113.000 lainnya dirusak, tambah laporan itu.
PBB juga telah mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan - termasuk bayi dan anak kecil - dan pemukulan brutal dan penghilangan yang dilakukan oleh pasukan negara Myanmar.
Dalam sebuah laporan, penyelidik PBB mengatakan pelanggaran seperti itu mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan upaya menuju genosida.[fq/voa-islam.com]