View Full Version
Rabu, 22 May 2019

Serangan Udara Rezim Teroris Assad dan Rusia, Tewaskan 12 Warga Sipil di Sebuah Pasar di Idlib

IDLIB, SURIAH (voa-islam.com) - Serangan udara oleh rezim teroris Suriah atau sekutunya, Rusia, menewaskan 12 warga sipil di sebuah pasar di provinsi Idlib Suriah, kata sebuah kelompok pengamat, Rabu (22/5/2019), ketika pertempuran sengit berkecamuk di wilayah barat laut yang dikuasai oposisi.

18 orang lainnya cedera ketika pesawat-pesawat tempur menghantam kota Maarat al-Numan, sekitar tengah malam pada Selasa, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang bermarkas di Inggris.

Pasar ramai dengan orang-orang keluar dan sekitar setelah berbuka puasa Ramadhan.

Serangan itu terjadi ketika bentrokan hebat berkecamuk di utara provinsi Hama yang bertetangga setelah para pejuang oposisi melancarkan serangan balasan pada Selasa terhadap pasukan pro-pemerintah di kota Kafr Nabuda.

Pertempuran baru pada hari Rabu membawa korban tewas menjadi 52 - 29 tentara dan milisi dan 23 oposisi, klaim Observatorium.

Dikatakan bahwa pejuang oposisi telah merebut kembali sebagian besar kota dari pasukan pemerintah yang merebutnya kembali pada 8 Mei.

Wilayah Idlib yang didominasi oposisi secara nominal dilindungi oleh kesepakatan zona penyangga, tetapi rezim dan sekutunya Rusia telah meningkatkan pemboman mereka dalam beberapa pekan terakhir, merebut beberapa kota di sisi selatannya.

Aliansi oposisi yang dipimpin oleh mantan afiliasi Al-Qaidah Suriah, Hayat Tahrir al-Sham, mengendalikan sebagian besar provinsi Idlib serta potongan yang berdekatan dari provinsi Aleppo, Hama dan Latakia.

Rusia dan sekutu oposisi Turki menandatangani kesepakatan zona penyangga pada September untuk mencegah serangan pemerintah terhadap kawasan yang mengancam bencana kemanusiaan bagi tiga juta penduduknya.

Pemerintah Presiden Bashar al-Assad telah memperbarui pembomannya di wilayah tersebut sejak HTS mengambil alih pada Januari.

Observatorium mengatakan lebih dari 180 warga sipil telah tewas dalam kobaran api sejak 30 April, dan PBB mengatakan puluhan ribu orang telah meninggalkan rumah mereka. (st/Aby)


latestnews

View Full Version