KHARTOUM, SUDAN (voa-islam.com) - Seorang pemimpin oposisi Sudan ditangkap pada hari Jumat (7/6/2019) hanya beberapa jam setelah bertemu dengan perdana menteri Ethiopia.
Abiy Ahmed dari Ethiopia melakukan perjalanan ke ibukota Khartoum untuk bertemu dengan junta militer yang berkuasa di Sudan dan pemimpin kelompok payung oposisi Aliansi untuk Kebebasan dan Perubahan (AFC) setelah seminggu yang mematikan yang menyaksikan kematian lebih dari seratus pemrotes.
Sang Perdana menteri menyerukan transisi demokrasi "cepat" dengan persetujuan warga sipil dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat menurut AFP, menawarkan untuk menengahi pembicaraan antara para pemimpin protes dan militer.
AFC menyambut upaya Ethiopia tetapi memperingatkan bahwa negosiasi baru hanya bisa dimulai jika kondisi tertentu terpenuhi.
"Dewan Militer Transisi (TMC) harus mengakui kejahatan yang dilakukannya," kata perwakilan AFC Omar al-Digeir.
Menyerukan penyelidikan internasional terhadap pembantaian massal, Digeir mengatakan bahwa "semua elemen militer" harus "dikeluarkan dari jalanan" di seluruh Sudan.
Junta militer siap untuk melanjutkan "negosiasi dan mencapai solusi kapan saja", kata pejabat kementerian luar negeri Hassan Ahmed kepada wartawan, meskipun pada awalnya membatalkan pembicaraan dan mengumumkan pemilihan cepat setelah tindakan keras brutal.
Namun tawaran itu segera diikuti oleh penangkapan seorang pemimpin oposisi, Reuters melaporkan.
Mohammad Asmat, direktur Bank Sentral Sudan cabang Khartoum dan seorang perwakilan AFC terkemuka dalam negosiasi-negosiasi sebelumnya dengan junta militer, ditangkap hanya beberapa jam setelah ikut serta dalam pertemuan dengan Abiy.
Penahanannya dilakukan sebagai bagian dari kampanye penangkapan yang diluncurkan oleh TMC yang menargetkan para aktivis dan pekerja oposisi di sektor-sektor utama yang mengancam pembangkangan sipil, kata pemimpin protes Asosiasi Profesional Sudan (SPA) dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (8/6/2019). (st/TNA)