BRUSSELS, BELGIA (voa-islam.com) - Belgia akan membawa pulang enam anak yatim dari kamp-kamp yang dikuasai Kurdi di Suriah setelah kematian orang tua mereka yang merupakan pejuang Islamic State, Menteri Keuangan Alexander De Croo mengatakan Kamis (13/6/2019).
"Ini adalah anak-anak yang lahir di negara kita dan yang hari ini tidak lagi memiliki orang tua," menteri mengatakan kepada radio publik VRT setelah keputusan kabinet.
Belgia adalah salah satu dari beberapa negara Eropa yang bergulat dengan dilema tentang apa yang harus dilakukan terhadap warga negara yang terperangkap di Suriah setelah kekalahan Islamic State.
Beberapa negara enggan menerima jihadis yang ditangkap, tetapi kasus anak-anak dan istri yang tidak bertempur terbukti lebih rumit bagi pihak berwenang Barat.
Pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri Didier Reynders mengatakan Belgia memiliki perjanjian yang ditandatangani untuk mengizinkan orang-orang yang kembali untuk transit melalui wilayah otonomi Kurdi Irak.
Sebagian besar pejuang IS dan anggota keluarga yang ditangkap ketika apa yang disebut kekhalifahan runtuh ditahan di Suriah di kamp-kamp yang dikelola Kurdi.
De Croo mengatakan bahwa empat dari enam pengungsi yang kembali lebih tua dari 10 tahun, tetapi tidak ada yang dicurigai.
“Ini adalah anak-anak yang sendirian di kamp, yang tidak memiliki dukungan. Tidak ada pertanyaan tentang mengambil kembali orang tua yang memilih untuk bergabung dengan kelompok teroris, "katanya.
"Anak-anak ini tidak punya pilihan," tambahnya.
Menurut laporan media Belgia, 50-60 anak-anak Belgia di bawah 18 tahun berada di kamp Al-Hol, Roj dan Ain Issa di Suriah.
Belgia adalah salah satu negara Eropa yang, relatif terhadap ukurannya, menyaksikn salah satu kontingen jihadis yang lebih besar yang berangkat ke medan perang Suriah.
Pihak berwenang memperkirakan bahwa 400 orang dewasa berangkat ke daerah-daerah yang dikendalikan jihadis sejak 2012 dan 150 masih dianggap "aktif dan siap" pada akhir tahun lalu. (st/Aby)