DEN HAAG, BELANDA (voa-islam.com) - Seorang penyelidik PBB mengatakan Myanmar harus memberikan kewarganegaraan kepada Muslim Rohingya, yang telah melarikan diri dari genosida di negara yang mayoritas penduduknya beragama Budha itu dan yang saat ini hidup dengan buruk di negara tetangga Bangladesh.
Muslim Rohingya, yang telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi, ditolak kewarganegaraan di sana dan dicap sebagai imigran ilegal dari Bangladesh, yang juga menyangkal mereka sebagai warga negara.
Ribuan Muslim Rohingya terbunuh, terluka, ditangkap secara sewenang-wenang, atau diperkosa oleh tentara Myanmar dan gerombolan umat Budha terutama antara November 2016 dan Agustus 2017 dalam apa yang dikatakan PBB adalah genosida. Sekitar 800.000 orang Rohingya lainnya selamat hanya dengan melarikan diri ke Bangladesh, tempat mereka tinggal di kamp-kamp yang sempit dan menghadapi kepulangan paksa.
Tahun lalu, sebuah misi pencarian fakta PBB mengatakan kampanye melawan Rohingya dirancang dengan "niat genosidal."
“Saya telah melihat banyak kebrutalan di berbagai bagian karir saya, tetapi pemerkosaan dan pengusiran paksa dari Rohingya mengguncang saya,” kata Radhika Coomaraswamy, anggota misi itu, Rabu (26/6/2019).
Dia mengatakan kewarganegaraan adalah akar dari krisis "mengerikan".
"Sebelum Anda memaksa orang untuk kembali ke Myanmar, Anda harus memastikan kondisinya benar dan Rohingya akan memiliki ... jalur yang jelas menuju kewarganegaraan," kata pejabat PBB itu. "Masalahnya adalah desa mereka telah dibuldoser - tanpa pohon berdiri."
Dia merujuk pada kampanye spoliasi bukti oleh negara Myanmar untuk meratakan desa-desa di mana Rohingya pernah terkonsentrasi.
Coomaraswamy juga mendesak pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, untuk "menjadi demokrat seperti yang pernah dikatakannya kepada kami."
Suu Kyi adalah peraih Hadiah Nobel Perdamaian yang telah lama dipuji oleh pemerintah Barat sebagai ikon demokrasi. Tetapi ia tetap diam membisu tentang kekejaman terhadap Rohingya oleh gerombolan militer dan Budha atau diam-diam memihak militer.
Coomaraswamy berbicara pada konferensi global tentang kewarganegaraan di Den Haag, di mana keadaan menyedihkan umat Muslim Rohingya menjadi sorotan.
"Kewarganegaraan bukan lagi pengecualian di dunia - ini telah menjadi endemik," katanya. (st/ptv)