TRIPOLI, LIBYA (voa-islam.com) - Ancaman oleh pasukan yang setia dengan komandan yang berbasis di Libya Timur, Khalifa Haftar terhadap Turki adalah "deklarasi perang" pada Ankara, Dewan Tinggi Negara Libya mengatakan pada hari Sabtu (29/6/2019
Dewan dalam sebuah pernyataan menggambarkan ancaman itu sebagai "pukulan terhadap hubungan dengan negara yang bekerja sama dengan Libya di banyak bidang dan merupakan bagian besar dari total impor negara itu".
"Setiap serangan terhadap teman-teman kita, terutama Turki, akan dianggap membahayakan keamanan nasional kita dan akan dilawan," kata pernyataan itu.
Dewan tersebut juga meminta PBB untuk mengambil langkah-langkah untuk mencegah pasukan Haftar, menambahkan bahwa mereka akan melanjutkan hubungan dengan Turki dalam kerangka perjanjian bilateral.
Sebelumnya pada hari Jum'at, juru bicara pasukan Haftar jenderal Ahmed al-Mismari mengumumkan larangan penerbangan komersial dari Libya ke Turki dan memerintahkan pasukannya untuk menyerang kapal-kapal Turki dan kepentingan di negara itu.
Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA) yang diakui PBB pada hari Rabu merebut kembali kota strategis Gharyan, selatan Tripoli, dari pasukan Haftar dalam kerugian besar bagi komandan pemberontak yang didukung Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA) tersebut. Turki sendiri telah mendukung pemerintah saingan Haftar yang diakui PBB di Tripoli.
Pasukan Haftar sejauh ini tidak berhasil dalam upaya untuk merebut Tripoli dari Pemerintah Kesepakatan Nasional dalam serangan yang dimulai pada bulan April.
Namun demikian, pasukannya tetap dikerahkan di beberapa daerah di sekitar ibukota.
Libya tetap dilanda gejolak sejak 2011 ketika pemberontakan yang didukung NATO menyebabkan penggulingan dan kematian Presiden Muammar Khadafi yang telah lama menjabat setelah lebih dari empat dekade berkuasa.
Sejak itu, perpecahan politik Libya telah menghasilkan dua kursi kekuasaan saingan - satu di Tobruk dan satu lagi di Tripoli - dan sejumlah kelompok milisi bersenjata lengkap. (st/AA)