KABUL (voa-islam.com) - Lebih dari 1.500 warga sipil tewas atau terluka bulan lalu karena perang yang sedang berlangsung di Afghanistan, menurut Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA).
Angka tersebut adalah yang tertinggi dalam satu bulan sejak Mei 2017, kata UNAMA dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Sabtu kemarin.
Pendorong utama adalah peningkatan tajam dalam korban sipil akibat meningkatnya aktivitas Taliban di daerah perkotaan melawan instalasi militer.
Badan tersebut mengatakan bahwa penggunaan alat peledak improvisasi (IED) menyumbang lebih dari 50 persen dari korban.
UNAMA mengatakan pihaknya tetap "sangat prihatin" oleh kerusakan yang dilakukan terhadap warga sipil.
"Saya meminta semua pihak untuk tidak meningkatkan operasi militer dengan berpikir bahwa hal itu akan memberi mereka posisi yang lebih kuat dalam pembicaraan tentang perdamaian," kata Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Afghanistan, Tadamichi Yamamoto, dalam pernyataannya.
Badan itu juga mendesak semua pihak memberlakukan prosedur yang lebih efektif untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang kerusakan yang disebabkan oleh operasi mereka terhadap warga sipil dan agar lebih terbuka dan jujur dengan pernyataan publik mereka mengenai korban sipil".
Pernyataan itu diterbitkan beberapa jam sebelum putaran terakhir pembicaraan antara Amerika Serikat dan Taliban dimulai di ibukota Qatar, Doha.
Pembicaraan tersebut bertujuan untuk menemukan solusi damai bagi konflik Afghanistan. Namun, pemerintah Afghanistan tidak ikut serta.
Dalam sebuah laporan pada hari Selasa, PBB mengatakan bahwa secara total, 1.366 warga sipil telah tewas dalam konflik antara 1 Januari hingga 30 Juni, mencatat adanya penurunan 21 persen dari periode yang sama tahun lalu.[aljz/fq/voa-islam.com]