TEL AVIV, ISRAEL (voa-islam.com) - Sebuah organisasi hak asasi manusia Israel mengatakan pada hari Selasa (6/8/2019) bahwa tabung gas air mata yang digunakan untuk membubarkan para demonstran telah menjadi senjata Israel untuk membunuh para demonstran pawai kembali di Jalur Gaza, menewaskan tujuh warga Palestina dari cedera langsung sejak Maret tahun lalu, lapor Anadolu Agency.
"Setidaknya tujuh dari lebih dari 200 orang yang tewas dalam demonstrasi kembali telah dibunuh oleh bom gas yang menghantam tubuh mereka," kata B’Tselem dalam sebuah pernyataan.
Menurut organisasi Israel, data "OCHA" (Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan di Perserikatan Bangsa-Bangsa) menunjukkan bahwa ada lebih dari 1.600 yang terluka dari cedera semacam itu.
"Penembakan bom gas dengan cara ini adalah bagian dari kebijakan penembakan yang telah diterapkan Israel selama lebih dari setahun di dekat jalur perbatasan di Gaza,"
Dia mengatakan: "Kebijakan ini bertentangan dengan hukum dan etika karena memungkinkan cedera orang yang terisolasi tidak menimbulkan ancaman bagi siapa pun."
Organisasi itu mencatat bahwa sejak demonstrasi mulai kembali pada peringatan Hari Bumi pada 30 Maret 2018, dan hingga akhir Juni, pasukan Israel membunuh 216 warga Palestina, termasuk 43 anak di bawah umur, dan melukai ribuan lainnya.
Mereka berkata, "Sebagian besar orang mati dan terluka akibat ditembak."
Organisasi itu menekankan bahwa "bahkan cara untuk membubarkan demonstrasi telah dialihkan ke tangan unsur-unsur pasukan keamanan Israel menjadi senjata mematikan, termasuk gas air mata, meskipun tidak disiapkan untuk melukai tubuh manusia."
Warga Palestina mengambil bagian dalam pawai kembali di dekat pagar yang memisahkan Gaza timur dan Israel, menuntut kembalinya para pengungsi ke kota-kota dan desa-desa mereka dan mengangkat pengepungan di Jalur Gaza. (st/MeMo)