View Full Version
Jum'at, 16 Aug 2019

Ribuan Warga Yaman Berdemo di Aden Menuntut Kemerdekaan Selatan

ADEN, YAMAN (voa-islam.com) - Ribuan warga Yaman hari Kamis (15/8/2019) berdemo di Aden, menuntut kemerdekaan baru bagi wilayah selatan setelah pejuang separatis mengusir pasukan pemerintah dari bekas ibu kotanya dalam pertempuran mematikan pekan lalu.

Para demonstran berunjuk rasa di distrik Khormaksar di jantung kota pelabuhan yang luas, mengibarkan bendera selatan dan spanduk yang menyatakan kesetiaan kepada Dewan Transisi Selatan (STC) separatis.

Penyelenggara mengatakan banyak dari demonstran telah melakukan perjalanan ke kota dari provinsi selatan yang berdekatan untuk menambah suara mereka pada seruan untuk pemisahan diri.

Yaman Selatan adalah negara merdeka hingga bergabung dengan utara pada tahun 1990. Upaya pemisahan diri bersenjata empat tahun kemudian berakhir dengan pendudukan oleh pasukan utara, yang memicu kebencian yang bertahan hingga hari ini.

Pasukan separatis yang dilatih dan dilengkapi oleh Uni Emirat Arab merebut istana kepresidenan di Aden pada hari Sabtu setelah bentrokan berhari-hari dengan saingannya, pasukan serikat yang loyal kepada pemerintah Presiden Abdu Rabbo Mansour Hadi.

Bentrokan itu menewaskan sedikitnya 40 orang dan 260 lainnya luka-luka, menurut PBB.

Pemerintah Hadi pada hari Rabu mengesampingkan pembicaraan dengan separatis sampai mereka menarik diri dari posisi yang mereka rebut pekan lalu.

Arab Saudi, yang telah memimpin intervensi militer yang panjang dan mahal yang mendukung pemerintah melawan pemberontak Syi'ah Houtsi dari utara, juga meminta para separatis untuk mundur untuk membersihkan jalan bagi dialog.

Tetapi sebuah petisi yang ditandatangani oleh organisasi masyarakat sipil selatan dan serikat pekerja meminta koalisi yang dipimpin Saudi untuk menyerahkan administrasi selatan kepada STC separatis.

Ini mendesak kepala STC Aidarus al-Zubaidi untuk mendeklarasikan kemerdekaan dan meminta pengakuan internasional untuk negara yang memisahkan diri itu.

Para pengamat mengatakan perpecahan antara pemerintah Hadi dan separatis mencerminkan perpecahan yang lebih luas antara mitra utama dalam koalisi, Riyadh dan Abu Dhabi, yang mengancam akan melemahkan pertempuran bersama mereka melawan pemberontak Syi'ah Houtsi.

Setelah empat setengah tahun intervensi militer, para pemberontak kaki tangan Iran itu tetap mengendalikan ibukota Sana'a dan sebagian besar wilayah utara yang berpenduduk padat.

Konflik telah merenggut nyawa puluhan ribu orang dan membuat 3,3 juta orang terlantar. Dua pertiga dari populasi - sekitar 20 juta orang - memerlukan dukungan kemanusiaan, menurut PBB. (st/AFP)


latestnews

View Full Version