MANAMA, BAHRAIN (voa-islam.com) - Bahrain, hari Senin (19/8/2019), mengatakan akan bergabung dengan upaya pimpinan AS untuk melindungi pengiriman di Teluk Arab di tengah ketegangan antara Washington dan Teheran setelah serangkaian serangan terhadap tanker.
Raja Hamad dari Bahrain menyuarakan apresiasi negaranya atas "peran AS dalam mendukung keamanan dan stabilitas regional" selama pertemuan dengan Kepala Komando Sentral AS (CENTCOM) Jenderal Kenneth McKenzie, kata media pemerintah.
"Raja mengkonfirmasi partisipasi kerajaan Bahrain dalam upaya bersama untuk menjaga keselamatan navigasi laut internasional dan mengamankan koridor internasional untuk perdagangan dan energi," lapor kantor berita resmi Bahrain.
AS telah berusaha membentuk koalisi untuk menjamin kebebasan navigasi di Teluk.
Komando Pusat menyambut keputusan Bahrain untuk bergabung dengan koalisi dan mengambil "peran aktif dalam menjaga kebebasan navigasi, mempromosikan keamanan maritim dan mengurangi ketegangan regional."
"Aliran bebas perdagangan di seluruh jalur perairan internasional adalah kunci utama ekonomi global, dan kami menghargai kepemimpinan dan dukungan Kerajaan Bahrain dalam mencegah agresi membatasi kebebasan itu".
Inggris, yang sudah memiliki kapal perang dengan tugas perlindungan di Teluk setelah kapal tanker berbendera Inggris ditangkap oleh Pengawal Revolusi Syi'ah Iran (IRGC), mengatakan akan bergabung dengan operasi yang direncanakan.
Tetapi negara-negara Eropa lainnya telah menolak untuk bergabung, karena takut merusak upaya Eropa untuk menyelamatkan perjanjian 2015 dengan Iran atas program nuklirnya.
Bahrain, yang menjadi tuan rumah Armada Kelima AS, mengatakan bulan lalu bahwa mereka akan menjadi tuan rumah bersama konferensi dengan AS tentang "keamanan navigasi laut dan udara," yang ditetapkan untuk Oktober.
Iran telah menangkap tiga tanker di perairan strategis Teluk sejak bulan lalu, termasuk kapal berbendera Inggris.
Itu terjadi setelah Angkatan Laut Kerajaan Inggris membantu menyita sebuah kapal tanker yang membawa minyak Iran dari wilayah luar negeri Inggris, Gibraltar pada 4 Juli.
Inggris menduga itu akan berlaburh di Suriah yang menentang sanksi Uni Eropa, yang Iran tidak mau mengakuinya.
AS dan sekutu-sekutu Teluknya juga menuduh republik Syi'ah itu melakukan beberapa serangan misterius terhadap kapal-kapal di kawasan itu, yang juga tidak mau diakui oleh Teheran. (st/AN)