PORT SUDAN, SUDAN (voa-islam.com) - Bentrokan antara dua suku Sudan di timur negara itu telah menewaskan sedikitnya 37 orang dan melukai sekitar 200 lainnya, kata petugas medis yang terkait dengan gerakan protes Sudan, Senin (26/8/2019).
Sudan mengaktifkan keadaan darurat di Port Sudan pada hari Ahad sebagai tanggapan atas kekerasan mematikan antara suku Nuba dan suku Bani Amer.
Konflik pecah di Port Sudan, ibukota negara Laut Merah dan kota pelabuhan utama Sudan, pada Rabu pekan lalu.
Belum jelas apa yang memicu bentrokan itu tetapi seorang aktivis di media sosial pekan lalu mengemukakan bahwa dukungan terhadap suku Bani Amer oleh rezim mantan Presiden Omar al-Bashir mungkin telah menyebabkan kekerasan retributif dari Nuba.
Sumber yang berbicara dengan Middle East Eye melaporkan bahwa, sementara kesetiaan kepada rezim Bashir mungkin memainkan peran, kekerasan saat ini telah berevolusi dari kekerasan "geng kriminal" di tengah kekosongan keamanan di wilayah tersebut.
Komite Sentral Dokter Sudan (CCSD) mengatakan pada hari Senin bahwa setidaknya 37 orang telah tewas dalam pernyataan yang mencantumkan korban di tiga rumah sakit di Port Sudan.
Sekitar 201 telah terluka dalam bentrokan sejauh ini, menurut CCSD, komite dokter pro-demokrasi yang telah mendokumentasikan kematian pemrotes sejak Desember.
Pihak berwenang Sudan pada hari Ahad menyebutkan jumlah korban tewas pada angka 16 dan mengatakan pasukan telah dikirim untuk menahan pertempuran.
Tingginya korban jiwa dilaporkan disebabkan oleh penggunaan senjata api.
Aktivis media sosial juga melaporkan meluasnya pembakaran rumah di Port Sudan pada hari Senin.
Badan penguasa transisi Sudan memberhentikan gubernur negara bagian Laut Merah tersebut dan kepala aparat keamanan pada hari Ahad sebagai tanggapan atas kekerasan.
Outlet berita independen Sudan Ayin Network menyebut langkah pemerintah transisi itu "arahan pertama melawan rezim lama".
Sang gubernur "dicurigai mengipasi kobaran api dalam perselisihan etnis antara etnis Nuba dan Bani Amer menggunakan taktik memecah belah dan menaklukkan", katanya dalam sebuah tweet, Senin.
Ketegangan suku dan etnis sering dilaporkan terjadi di beberapa wilayah di Sudan, dan perpecahan antara suku Arab dan non-Arab menjadi dasar dari konflik Darfur yang terkenal itu.
Bentrokan serupa antara dua suku yang sama dilaporkan di Gadarif pada Mei dan di Khashm el-Girba pada Juni. (st/TNA)