RIYADH, ARAB SAUDI (voa-islam.com) - Pemerintah Saudi telah menangkap seorang ulama setelah ia mengkritik kebijakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) yang menjadi tuan rumah konser musik internasional di negara itu.
Kelompok hak asasi Hati Nurani Tahanan mengatakan pada hari Selasa (10/9/2019) bahwa Syaikh Omar Al-Muqbil, seorang profesor hukum Islam di Universitas Qassim, ditangkap setelah mengecam kebijakan Otoritas Hiburan Umum (GEA) sebagai ancaman terhadap budaya kerajaan.
Dalam sebuah video, Al-Muqbil menuduh GEA "menghapus identitas asli masyarakat".
"Ini adalah kelanjutan dari penangkapan sewenang-wenang yang telah terjadi di kerajaan selama dua tahun terakhir, yang ditujukan untuk para ulama terkemuka, para syaikh dan pemikir bebas lainnya," kata kelompok Hati Nurani Tahanan itu.
Pada tahun lalu sejumlah bintang musik Barat terkenal termasuk Mariah Carey, 50 Cent, Janet Jackson dan Sean Paul telah melakukan konser di Arab Saudi sebagai bagian dari drive "liberalisasi" Mohammed bin Salman yang telah menghasilkan bioskop baru, konser dan ekstravaganza olahraga.
Reformasi, termasuk diakhirinya larangan selama berpuluh-puluh tahun pada pengendara wanita dan konser gender campuran, adalah bagian dari rencana ekonomi besar-besaran, dijuluki "Visi 2030", untuk mengarahkan ekonomi Saudi menjauh dari ketergantungan minyak dan menciptakan lapangan kerja baru untuk populasi yang sangat muda.
Tetapi kritikus berpendapat bahwa reformasi adalah gangguan dari tindakan keras terhadap kritik terhadap Mohammed bin Salman.
Pada bulan September 2017, lebih dari 20 ulama dan intelektual berpengaruh ditahan karena dituduh bertindak atas nama "pihak asing".
Di antara mereka yang ditahan adalah ulama reformis Syaikh Salman Al-Audah, yang ditangkap atas tuduhan terorisme setelah memposting tweet yang menyerukan "keharmonisan di antara orang-orang", yang pemerintah Saudi klaim adalah seruan untuk rekonsiliasi dengan tetangga Qatar, yang telah diputus hubungannya dengan mereka.
Beberapa bulan kemudian, tak lama setelah mengumumkan berakhirnya larangan mengemudi pada wanita, Mohammed bin Salman menahan lebih dari 200 pejabat dan pengusaha Saudi atas dalam upaya anti-korupsi yang konon dilakukan di negara itu.
Para ahli mengatakan itu adalah cara dia untuk mengkonsolidasikan cengkeramannya pada kekuasaan dengan mengamankan uang tunai dari 'guncangan' dan menghilangkan saingan potensial.
Riyadh juga menghadapi kritik internasional atas pembunuhan brutal terhadap jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada 2018. (st/TNA)