DHAKA (voa-islam.com) - Pemimpin Bangladesh Jumat kemarin meminta negara-negara anggota PBB untuk memastikan bahwa mereka yang berada di Myanmar yang melakukan pelanggaran HAM terhadap Muslim Rohingya bertanggung jawab.
"Komunitas internasional harus memastikan pertanggungjawaban atas pelanggaran HAM dan kekejaman yang dilakukan terhadap Rohingya di negara bagian Rakhine," kata Perdana Menteri Sheikh Hasina saat berpidato di Majelis Umum PBB ke-74 di New York.
Mengatasi krisis Rohingya, masalah internal Myanmar, ia menambahkan: "Myanmar harus mewujudkan kemauan politik yang jelas untuk kembalinya Rohingya yang aman, berkelanjutan dan bermartabat."
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Hasina menyampaikan pernyataan di Bangla dan mengajukan proposal empat poin untuk menyelesaikan krisis Rohingya dan mempercepat proses repatriasi orang-orang yang dianiaya.
Proposal itu juga termasuk pencabutan Undang-Undang Kewarganegaraan Myanmar 1982 yang mendiskualifikasi Rohingya sebagai warga negara sehingga mereka merasa percaya diri untuk pulang.
Hasina juga mengusulkan agar pihak berwenang di Myanmar mengatur tur untuk perwakilan Rohingya ke negara bagian Rakhine sehingga mereka dapat menilai apakah mereka akan setuju untuk kembali. Dia mengatakan tanpa kehadiran perwakilan internasional, Rohingya akan takut untuk menemani otoritas Myanmar karena takut akan keselamatan mereka.
Menyatakan kekhawatiran bahwa pengungsi Rohingya tetap di Bangladesh selama lebih dari dua tahun setelah tindakan keras militer Myanmar pada Agustus 2017 yang mendorong 750.000 Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, dengan jumlah mereka sekarang mencapai lebih dari 1,1 juta, Hasina menyalahkan Myanmar karena gagal menciptakan kondusif lingkungan di sana.
"Sampai sekarang, tidak satu pun Rohingya telah kembali ke negara asalnya karena kegagalan Myanmar untuk mengembangkan lingkungan yang aman dan sehat di negara bagian Rakhine," tambahnya.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan penumpasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.
Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24.000 Muslim Rohingya telah terbunuh, lebih dari 34.000 orang dilemparkan ke dalam api dan lebih dari 114.000 lainnya dipukuli oleh pasukan negara Myanmar, menurut laporan oleh Ontario International Development Agency .[anadolu/fq/voa-islam.com]