NEW DELHI, INDIA (voa-islam.com) - Kepala Angkatan Udara India (IAF) Rakesh Kumar Bhadauria pada hari Jum'at (4/10/2019) mengakui bahwa jatuhnya helikopter Mi-17 pada 27 Februari - hari yang sama dengan pertempuran udara antara jet tempur Pakistan dan India - merupakan "kesalahan besar" pada bagian dari pasukan mereka.
Helikopter Mi-17 jatuh di Budgam, dekat Srinagar, dan mengakibatkan tewasnya enam personel angkatan udara. Sebuah rudal darat-ke-udara dari Angkatan Udara India telah menjatuhkan pesawat Mi-17, sebuah penyelidikan tingkat tinggi telah menyimpulkan pada bulan Agustus, menurut The Hindu.
Sisi India telah mengakui jatuhnya helikopter itu tetapi awalnya tidak menyebutkannya dalam pernyataan resmi. Militer Pakistan, sementara itu, mengakui pertempuran udara dengan militer India atas Nowshera tetapi mengatakan para pejuangnya tidak terlibat dalam insiden hancurnya helikopter tersebut.
"Mi17 V5 adalah salah satu helikopter paling tangguh yang beroperasi di seluruh dunia dan biasanya tidak rentan terhadap kesalahan teknis yang bersifat bencana," lapor surat kabar bisnis India The Economic Times melaporkan pada bulan Maret. "Saksi mata melaporkan bahwa ledakan keras terdengar di udara sebelum helikopter itu jatuh dalam kepulan asap, menunjukkan kemungkinan peristiwa eksternal yang menyebabkan bencana tersebut."
Berbicara kepada media pada hari Jum'at, Bhadauria mengatakan, "itu adalah kesalahan kami karena rudal kami mengenai helikopter kami sendiri".
“Penyelidikan Pengadilan telah selesai [...] kami akan mengambil tindakan terhadap dua petugas. Kami menerima ini adalah kesalahan besar kami dan kami akan memastikan kesalahan tersebut tidak terulang lagi di masa depan,” katanya seperti dikutip India Today.
Bhadauria, yang mengambil alih jabatan sebagai kepala Angkatan Udara India pada hari Senin, mengatakan bahwa angkatan udara juga mempertimbangkan untuk menunjuk semua personil yang tewas dalam kecelakaan udara sebagai "korban pertempuran", lapor Hindustan Times.
Penyelidikan ke dalam kecelakaan itu mengindikasikan beberapa penyimpangan yang mengarah ke tragedi itu, kata publikasi tersebut: “Misalnya, penyelidikan itu menyalahkan kontrol lalu lintas udara karena memanggil pulang helikopter itu ketika pertempuran udara antara prajurit India dan Pakistan semakin intensif.
“Idealnya helikopter seharusnya dikirim ke zona yang lebih aman daripada dipanggil kembali ke pangkalan. Selain itu, helikopter yang masuk seharusnya di-vektor-kan ke zona yang telah ditentukan sebelumnya yang dimaksudkan untuk menampung pesawat yang bersahabat sampai peringatan dibatalkan.
"Semua pangkalan telah menetapkan wilayah udara untuk pesawat yang bersahabat jika terjadi peringatan pertahanan udara," kata laporan Hindustan Times. (PT)