PARIS, PRANCIS (voa-islam.com) - Prancis mengatakan pada hari Senin (14/10/2019) bahwa pihaknya mengambil langkah-langkah untuk memastikan keselamatan personel militer dan sipilnya di Suriah timur laut ketika Amerika Serikat mulai menarik pasukannya dari daerah itu setelah serangan Turki terhadap milisi Komunis Kurdi.
Perancis telah menjadi salah satu sekutu utama dalam koalisi pimpinan-AS yang memerangi Islamic State (IS) di Suriah dan Irak, dengan pesawat tempurnya digunakan untuk menyerang sasaran-sasaran militan dan pasukan khusus di darat yang berkoordinasi dengan para pejuang Kurdi dan Arab.
Amerika Serikat mengumumkan pada hari Ahad bahwa pihaknya memulai penarikan yang disengaja sekitar 1.000 tentara dari Suriah utara, sebuah proses yang para pejabat AS katakan kepada Reuters bisa memakan waktu berhari-hari, bukan minggu.
"Langkah-langkah akan diambil dalam beberapa jam mendatang untuk memastikan keamanan militer Prancis dan personil sipil yang hadir di zona itu sebagai bagian dari koalisi internasional yang memerangi Islamic State dan aksi kemanusiaan," kata kepresidenan Prancis dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan kabinet pertahanan darurat . Itu tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Pejabat Prancis sebelumnya mengatakan bahwa penarikan AS akan memaksa mereka untuk juga pergi, mengingat mereka bergantung pada dukungan logistik AS.
Sumber diplomatik regional mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis bahwa Paris sedang bersiap untuk menarik beberapa ratus pasukan khusus. Mereka beroperasi erat dengan pasukan pimpinan Kurdi, yang sekarang menjadi target ofensif Turki di Suriah utara. Pekerja bantuan Prancis juga berada di zona tersebut.
Hal lain yang membuat pusing Elysee adalah puluhan pejuang Islamic State Prancis dan ratusan perempuan dan anak-anak Prancis ditahan oleh kelompok-kelompok Kurdi di daerah-daerah yang dekat dengan serangan Turki.
Prancis khawatir mereka dapat melarikan diri di tengah serangan, kembali ke rumah dan melakukan serangan atau jatuh di bawah tangan pemerintah pusat Damaskus, yang dapat menggunakannya sebagai alat tawar-menawar.
"Prioritas absolut adalah menghentikan kebangkitan Islamic State di kawasan itu," kata presiden, seraya menambahkan bahwa risiko "jihadis Islamic State" yang melarikan diri sedang dipertimbangkan sepenuhnya.
Prancis telah berulang kali mengatakan bahwa para pejuang asing harus diadili dan dipenjara di mana mereka melakukan kejahatan mereka, menepis kemungkinan mereka dibawa pulang. Analis mengatakan bahwa posisi menjadi semakin tidak dapat dipertahankan mengingat situasi yang berkembang.
Elysee mengatakan langkah-langkah tambahan sedang diambil untuk memperkuat keamanan di wilayah Prancis.
"Prancis akan meningkatkan upaya diplomatiknya ... untuk segera mengakhiri serangan Turki," katanya. (JP)