AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Perusahaan teknologi AS Microsoft mengatakan sedang menyelidiki apakah penggunaan teknologi pengenalan wajah yang dikembangkan oleh startup Israel yang mereka danai "sesuai dengan prinsip-prinsip etika," mereka menyusul laporan bahwa Israel menggunakan teknologi pengenalan wajah perusahaan itu untuk pengawasan terhadap warga Palestina.
Microsoft, yang berbasis di dekat Seattle, Washington, mengatakan dalam sebuah pernyataan Jum'at (16/11/2019) bahwa mantan Jaksa Agung AS Eric Holder akan memimpin tim dari firma hukum Covington & Burling untuk melakukan penyelidikan.
Holder, pejabat resmi dukungan hukum AS di bawah mantan Presiden Barack Obama, disewa oleh Uber Technologies pada 2017 untuk meninjau klaim pelecehan seksual.
M12, dana ventura Microsoft, berpartisipasi dalam investasi $ 74 juta pada Juni di AnyVision, sebuah startup Israel yang berbasis di luar Tel Aviv.
AnyVision telah berada di bawah pengawasan menyusul laporan oleh NBC News dan media Israel bahwa teknologinya digunakan untuk mengawasi warga Palestina yang tinggal di wilayah pendudukan.
AnyVision telah membantah laporan itu, mengklaim perangkat lunaknya tidak digunakan untuk pengawasan dan ditempatkan di penyeberangan perbatasan untuk identifikasi biometrik.
Penyelidikan ini mencerminkan meningkatnya kegelisahan tentang pengawasan pengenalan wajah di Amerika Serikat dan di tempat lain yang dikatakan organisasi hak asasi manusia dapat membatasi kebebasan berekspresi dan menyebabkan penangkapan yang tidak adil.
Microsoft mengumumkan prinsip-prinsip etika pengenalan wajah tahun lalu, mengatakan perusahaan itu akan "mengadvokasi perlindungan untuk kebebasan demokratis orang dalam skenario pengawasan hukum dan tidak akan menggunakan teknologi pengenalan wajah dalam skenario yang kami percaya akan membahayakan kebebasan ini."
Israel menghadapi kritik dan boikot yang meningkat di Barat karena pendudukannya dan kebijakan yang tidak berperikemanusiaan terhadap Palestina.
Sejak pemilihannya, Presiden AS Trump telah melakukan serangkaian langkah untuk meningkatkan dukungan Amerika bagi Israel, termasuk mengakui Al-Quds Yerusalem sebagai ibukota Israel, serta mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan Suriah.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa hubungan dekat Trump dengan Netanyahu telah melemahkan simpati terhadap Israel di antara pemilih Demokrat dan Yahudi.
Di antara Demokrat liberal, sekarang hampir ada perpecahan di antara mereka yang mengatakan mereka bersimpati dengan pihak Israel dan Palestina, menurut sebuah jajak pendapat Gallup pada Februari. (ptv)