KHARTOUM, SUDAN (voa-islam.com) - Perdana Menteri baru Sudan Abdalla Hamdok telah berjanji untuk menarik pasukan mereka dari perang yang dipimpin Saudi di Yaman, mengatakan peran negaranya harus dibatasi untuk membantu penyelesaian politik konflik tersebut.
"Konflik di Yaman tidak memiliki solusi militer, baik dari kami atau dari mana pun di dunia," Hamdok mengatakan kepada Dewan Atlantik, sebuah think tank yang berbasis di AS, Kamis (5/12/2019).
Dia menambahkan bahwa perang "harus diselesaikan melalui cara politik," dan bahwa negaranya akan berusaha untuk "membantu saudara-saudari kita di Yaman dan memainkan peran kita dengan yang lain untuk membantu mereka mengatasi hal ini".
Sudan telah menjadi salah satu kontributor utama untuk pasukan koalisi Saudi, yang dibentuk pada tahun 2015 dalam upaya untuk mendukung pemerintah sah Yaman pimpinan Abdu Rabbo Mansour Hadi menghancurkan pemberontak Syi'ah Houtsi di negara itu.
Menurut laporan, hingga 40.000 tentara Sudan dikerahkan di negara itu selama puncak konflik pada 2016-2017.
Namun pada akhir Oktober, para pejabat Sudan mengatakan negara itu telah menarik ribuan pasukan dari Yaman, dengan hanya beberapa ribu yang tersisa.
Berbicara pada hari Kamis, Hamdok mengatakan "tidak banyak" pasukan Sudan tetap berada di Yaman.
Hamdok, yang memimpin pemerintahan transisi negara itu dalam pakta pembagian kekuasaan dengan militer, lebih lanjut menyatakan bahwa ia "benar-benar" dapat menarik pasukan yang tersisa dari Yaman.
Perdana menteri baru itu mengatakan pemerintahnya telah "mewarisi" penyebaran di Yaman dari mantan presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir yang digulingkan menyusul pemberontakan rakyat terhadap pemerintahannya pada April.
Hamdok berjanji untuk "mengatasi" keterlibatan negara itu dalam perang yang dipimpin Saudi "dalam waktu dekat" tanpa menjelaskan lebih lanjut tentang masalah tersebut. (ptv)