KARBALA, IRAK (voa-islam.com) - Seorang ulama Syi'ah Irak terkemuka telah didiagnosis terinfeksi virus Corona baru, kantornya mengkonfirmasi awal pekan ini.
Ayatola Syed Hadi al-Modaressi, penduduk asli kota suci Syi'ah Karbala Irak, saat ini sedang dirawat di bawah karantina dan sedang dalam pemulihan, kata kantor dan anggota keluarganya.
"Paman saya, semoga Tuhan melindunginya, sedang dirawat dan kesehatannya terus meningkat," kata keponakannya, Mohsen Almodaressi dalam sebuah posting di Facebook, memperingatkan mereka yang menyebarkan desas-desus.
Pria berusia 63 tahun itu adalah salah satu pemimpin Syi'ah paling terkemuka di Irak dan berasal dari garis panjang ulama aktif.
Pengumuman diagnosisnya datang ketika kementerian kesehatan Irak pada hari Sabtu (7/3/2020) mengkonfirmasi peningkatan jumlah orang yang terinfeksi dengan virus Corona menjadi 55.
Setidaknya 4 dari mereka yang didiagnosis dengan virus Corona tersebut telah tewas sementara 4 lainnya telah pulih, menurut pihak berwenang.
Irak pada Jum'at malam mengumumkan langkah-langkah lebih lanjut untuk mencegah virus Corona baru, setelah perwakilan ulama Syi'ah Irak tingkat atas mengambil langkah langka yaitu tidak menyampaikan khotbah mingguannya kepada para jamaah.
Unit krisis pemerintah Irak mengatakan pusat perbelanjaan hanya akan buka tiga jam sehari, sekolah dan universitas akan ditutup hingga 21 Maret, dan administrasi publik hanya akan buka selama beberapa jam sehari, efektif segera.
Warga negara asing yang datang dari Prancis dan Spanyol akan ditolak masuk.
Pihak berwenang telah menutup perbatasan dengan negara tetangga Iran, yang telah menjadi pusat wabah paling mematikan kedua di dunia, dan melarang masuknya warga negara asing yang bepergian dari sana dan negara-negara lain yang terkena dampak parah.
Sekolah, universitas, bioskop, dan ruang publik lainnya telah ditutup selama sepekan terakhir, tetapi restoran, mal, dan kafe tetap buka.
Pada hari Jumat, perwakilan yang biasanya membaca pidato Grand Ayatola Ali Sistani di masjid yang penuh sesak, disiarkan langsung di televisi pemerintah, tidak muncul.
Otoritas agama Syi'ah negara itu telah menutup tempat suci Imam Hussein, cucu Nabi Muhammad, di mana khotbahnya biasanya disampaikan, untuk mengurangi risiko penularan.
Sistani yang berusia 89 tahun berbasis di kota suci Syi'ah Najaf, selatan Karbala, dan tidak pernah muncul di depan umum.
Seorang pejabat di situs di kota suci Syi'ah Karbala mengatakan kepada AFP bahwa "pembatalan shalat Jum'at di tempat suci Imam Hussein adalah yang pertama sejak 2003", tahun invasi yang dipimpin Amerika menggulingkan diktator veteran Saddam Hussein.
Sumber yang dekat dengan kantor Sistani mengkonfirmasi sifat keputusan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pihak berwenang sangat khawatir tentang penyebaran virus Corona melalui situs-situs suci Syi'ah, yang menarik jutaan peziarah Syi'ah termasuk banyak dari Iran.
Pihak berwenang provinsi telah melarang non-penduduk memasuki provinsi Karbala mulai Jum'at.
Virus itu telah memicu kepanikan di kalangan warga Irak yang mengatakan sistem kesehatan negara yang dirusak perang itu tidak dapat menangani epidemi tersebut.
Virus Corona atau yang dinamai oleh para ahli sebagai COVID-19 pertama kali terdeteksi di Cina pada awal Desember tetapi sejak itu menyebar di sebagian besar dunia. Di seluruh dunia, lebih dari 100.000 kasus telah dikonfirmasi dan jumlah kematian mencapai 3.600. (TNA)