RIYAHD, ARAB SAUDI (voa-islam.com) - Koalisi militer yang dipimpin Saudi pada hari Senin (30/3/2020) mengatakan pihaknya melakukan beberapa serangan udara di ibukota Yaman yang dikuasai pemberontak Sana'a sebagai pembalasan atas serangan rudal di kerajaan itu.
Operasi itu bertujuan menghancurkan "target militer yang sah" termasuk kemampuan balistik pemberontak Syi'ah Houtsi yang "mengancam kehidupan sipil", kata koalisi dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Badan Pers Saudi.
Warga di Sanaa melaporkan beberapa ledakan setelah kampanye pemboman koalisi dimulai.
Televisi Al-Masirah yang dikelola pemberontak Syi'ah kaki tangan Iran melaporkan sedikitnya 19 serangan udara terhadap sejumlah sasaran di Sana'a, termasuk pangkalan militer dan akademi militer.
Operasi itu terjadi setelah pertahanan udara Saudi mencegat rudal balistik Syi'ah Houtsi di atas Riyadh dan kota perbatasan Jizan Sabtu malam.
Serangan itu menyebabkan dua warga sipil terluka di Riyadh, yang berada di bawah jam malam 15 jam untuk membatasi penyebaran virus Corona, menurut media pemerintah Saudi.
Itu adalah serangan besar pertama di Arab Saudi sejak pemberontak Syi'ah Houtsi pada September lalu menawarkan untuk menghentikan serangan terhadap kerajaan setelah menghancurkan serangan kembar terhadap instalasi minyak Saudi.
Seorang juru bicara pemberontak Syi'ah Houtsi mengklaim pemberontak menyerang "target sensitif" di Riyadh dengan rudal jarak jauh Zolfaghar dan drone Sammad-3. Pemberontak dukungan Syi'ah Iran itu juga mengklaim telah mencapai "target ekonomi dan militer" di wilayah perbatasan Jizan, Najran dan Asir.
Menteri Informasi Moammer al-Eryani mengecam serangan itu dalam sebuah tweet yang diposting di Twitter, dengan mengatakan itu mengkonfirmasi "aliran senjata Iran yang terus berlanjut" ke milisi Houthi.
"Milisi ini hanya hidup dalam perang dan tidak mengerti bahasa perdamaian," katanya.
Pertempuran juga meningkat antara milisi pemberontak Syi'ah Houtsi dan pasukan Yaman yang didukung Riyadh di sekitar distrik utara strategis Al-Jawf dan Marib.
Pemberontak Syi'ah menyerbu sebuah kamp militer penting pemerintah di Al-Jawf setelah bentrokan hebat pada hari Senin, menurut sumber-sumber militer Yaman.
Pihak-pihak yang bertikai sebelumnya menunjukkan ketertarikan pada de-eskalasi, dengan seorang pejabat Saudi mengatakan pada November bahwa Riyadh memiliki "saluran terbuka" dengan pemberontak Syi'ah Houtsi dengan tujuan mengakhiri perang.
Pemberontak Syi'ah Houtsi juga menawarkan untuk menghentikan semua serangan rudal dan pesawat tak berawak di Arab Saudi setelah serangan pada instalasi minyak pada bulan September, yang diklaim oleh pemberontak tetapi secara luas disalahkan pada Iran.
Tetapi upaya-upaya itu tampaknya telah gagal dan para pengamat percaya para pemberontak hanya bersiasat dan menggunakan jeda untuk meningkatkan kemampuan militer mereka. (TNA)