View Full Version
Jum'at, 03 Apr 2020

Pasukan GNA Tewaskan 20 Milisi Pemberontak Pimpinan Haftar di Sirte Libya

TRIPOLI, LIBYA (voa-islam.com) - Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) Libya yang diakui PBB mengatakan pada hari Jum'at (3/4/2020) bahwa pasukannya membunuh 20 anggota milisi pemberontak yang setia kepada Jenderal Khalifa Haftar di Sirte.

Para anggota milisi pemberontak pimpinan Haftar itu tewas dalam serangan udara, Mustafa al-Mujie, juru bicara ruang operasi Gunung Api Kemarahan yang dipimpin GNA, mengatakan kepada Anadolu Agency (AA).

Menanggapi berulang kali pelanggaran milisi Haftar tentang gencatan senjata dan serangan terhadap warga sipil di Tripoli, GNA pekan lalu meluncurkan operasi di beberapa front, termasuk serangan terhadap pangkalan udara yang dikuasai oleh saingan mereka di barat Tripoli.

Tiga pesawat tempur, tank, kendaraan lapis baja, meriam dan artileri milik pasukan Haftar sejauh ini telah hancur selama operasi militer yang diluncurkan oleh pasukan GNA.

Karena kerugian besar, pasukan Haftar harus kabur dari pos mereka di Tripoli selatan.

Sejak penggulingan mendiang diktator Muammar Khadafi pada 2011, dua kursi kekuasaan telah muncul di Libya: Haftar di Libya timur, didukung oleh Mesir dan Uni Emirat Arab, dan GNA di Tripoli, yang menikmati dukungan PBB dan pengakuan internasional.

Upaya internasional untuk membuat gencatan senjata telah dihalangi oleh pihak Haftar yang mencemooh proses tersebut.

Sementara itu, Libya mengkonfirmasi kematian pertamanya akibat dari virus Corona pada hari Kamis.

Seorang wanita berusia 85 tahun yang dites positif meninggal karena COVID-19, kata Pusat Pengendalian Penyakit Nasional Libya dalam sebuah pernyataan.

Sebelas kasus telah dilaporkan di negara ini sejauh ini.

Negara yang dilanda perang itu mencatat kasus virus Corona pertamanya pada 24 Maret, dan pemerintah kemudian melarang perjalanan antar kota untuk mengekang penyebaran virus.

Amerika Serikat menyerukan penangguhan permusuhan di Libya untuk membantu upaya membendung wabah virus Cina mematikan yang dinamai oleh para ahli sebagai COVID-19 tersebut.

Dua minggu lalu, pihak yang bertikai secara terbuka menyambut gagasan itu dan menyatakan komitmen mereka terhadap jeda kemanusiaan dalam pertempuran sehingga pihak berwenang dapat fokus pada pencegahan penyebaran virus Corona. Ada kekhawatiran pandemi global dapat menghancurkan Libya yang dilanda perang, di mana konflik satu dekade telah merusak infrastruktur utama dan menciptakan kekurangan medis yang mengerikan. Namun, pertempuran pecah lagi segera setelah pasukan pemberontak Haftar mengintensifkan ofensif mereka di Tripoli. Haftar telah berusaha merebut ibukota selama hampir setahun, didukung oleh UEA, Mesir dan Rusia.

Risiko yang ditimbulkan oleh pandemi ini sangat mengkhawatirkan di Libya, di mana keamanan dan situasi kemanusiaan semakin memburuk sejak Haftar meluncurkan ofensifnya terhadap Tripoli hampir setahun yang lalu, yang telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan 150.000 orang terlantar.  (TDS)


latestnews

View Full Version