HOMS, SURIAH (voa-islam.com) - Ratusan mantan pemberontak Suriah yang telah melakukan rekonsiliasi dengan rezim Bashar Al-Assad telah melakukan perjalanan ke Libya untuk berperang membela Jenderal Khalifa Haftar melawan pemerintah sah Tripoli yang diakui secara internasional, kata seorang analis Suriah terkemuka di Twitter.
Sumber-sumber mengatakan kepada layanan berbahasa Arab New Arab bahwa perusahaan tentara bayaranswasta Rusia Wagner Group telah melatih mantan pemberontak Suriah di kamp "unit ke-18" rezim Assad, provinsi Homs timur, dalam persiapan untuk keberangkatan mereka ke Libya.
Ratusan tentara bayaran Rusia dan Eropa Timur dari Wagner Group telah bertempur untuk Haftar melawan Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA).
Sumber-sumber itu mengatakan bahwa sebagian besar bekas pemberontak itu berasal dari Quneitra di Suriah barat daya, dan mereka semua dulunya dicari oleh rezim karena ikut serta dalam pemberontakan anti-pemerintah.
Beberapa telah menerima amnesti setelah daerah-daerah oposisi di Suriah selatan dikuasai oleh rezim dan pasukan Rusia pada 2018, tetapi diperkirakan akan berperang untuk Assad malawan pejuang oposisi yang pernah menjadi rekan mereka.
Sumber-sumber mengatakan bahwa intelijen rezim Suriah telah membantu merekrut mantan pemberontak untuk Grup Wagner.
Kelompok media oposisi Suriah Horan Free Media mengutip sebuah sumber yang dekat dengan salah satu mantan pemberontak mengatakan bahwa "perwira intelijen militer rezim Suriah serta pemimpin desa dan kota-kota di provinsi [Quneitra] mulai merekrut orang-orang muda sebulan yang lalu untuk Grup Wagner ".
Mereka akan diberi gaji $ 1.000 sebulan, grasi dari rezim atas peran mereka dalam pemberontakan anti-Assad, dan pembebasan dari wajib militer di pasukan rezim.
Sumber itu mengklaim bahwa para mantan pemberontak Suriah itu akan bekerja melindungi instalasi minyak milik Rusia di wilayah yang dikuasai Haftar di Libya untuk jangka waktu tiga bulan.
Rusia dan Turki telah mendukung pihak-pihak yang bertikai dalam konflik Libya, dengan yang terakhir mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional yang diakui secara internasional.
Januari lalu, Turki mengerahkan 2.000 pejuang dari "Tentara Nasional Suriah" ke Libya, untuk berperang di pihak GNA melawan Haftar.
Elizabeth Tsurkov, seorang peneliti Suriah, mengatakan bahwa sekitar 350 pemberontak dari provinsi Quneitra Suriah telah diangkut oleh Rusia ke Libya untuk berperang bersama Haftar.
Pasukannya mengambil bagian dalam serangan di ibukota Libya, Tripoli sejak tahun lalu.
Pada bulan Maret, "otoritas" yang berbasis di Libya timur yang tidak diakui yang bersekutu dengan Haftar menjalin hubungan diplomatik dengan rezim Assad dan menandatangani nota kesepahaman yang berjanji untuk bekerja sama melawan "campur tangan Turki". (TNA)