AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Seratus tiga puluh dua warga sipil tewas tahun lalu dalam operasi militer global AS, klaim militer Rabu (6/5/2020), jumlah yang jauh lebih rendah daripada yang diterbitkan oleh LSM.
Departemen Pertahanan "menilai bahwa ada sekitar 132 warga sipil tewas dan sekitar 91 warga sipil terluka selama 2019 akibat operasi militer AS di Irak, Suriah, Afghanistan, dan Somalia," klaim Pentagon dalam sebuah laporan tahunan yang diamanatkan oleh Kongres AS. .
Laporan itu menambahkan bahwa DoD "tidak mengidentifikasi korban sipil yang dihasilkan dari operasi militer AS di Yaman dan Libya" tahun lalu.
Korban sipil yang paling banyak adalah di Afghanistan, dengan 108 kematian dan 75 terluka, kata Pentagon.
Di Irak dan Suriah, Pentagon bertanggung jawab atas kematian 22 warga sipil dan cedera 13 lainnya.
Hanya dua warga sipil tewas dan tiga lainnya cedera di Somalia, menurut klaim militer.
Beberapa LSM secara teratur menerbitkan korban tewas akibat serangan Amerika di zona perang jauh lebih tinggi dari pada yang diakui militer AS.
LSM Airwars, yang melacak korban sipil dari pengeboman udara di seluruh dunia, memperkirakan ada antara 465 hingga 1.113 warga sipil yang tewas di Suriah saja oleh koalisi yang didukung AS tahun lalu.
"Pengajuan Departemen Pertahanan atas laporan tahun ini menandai beberapa kemajuan dalam hal transparansi operasi militer AS," kata Daphne Eviatar dari Amnesty International, kapitel AS.
"Isi laporan itu, bagaimanapun, menunjukkan bahwa Pentagon masih menghitung korban sipil," katanya.
American Civil Liberties Union (ACLU) juga mengkritik laporan tersebut. Direktur ACLU Hina Shamsi menggemakan bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump "menghitung di bawah" jumlah warga sipil yang terbunuh atau terluka di luar negeri.
"Dibandingkan dengan laporan media independen yang kredibel dan investigasi kelompok hak asasi, jelas bahwa penyelidikan Pentagon masih sangat tidak memadai," katanya dalam sebuah pernyataan. (MeMo)