TRIPOLI, LIBYA (voa-islam.com) - Pemerintah Libya yang diakui secara internasional telah mengumumkan gencatan senjata nasional dan menyerukan demiliterisasi di kota strategis Sirte, yang dikuasai oleh pemberontak pimpinan Khalifa Haftar.
Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang berbasis di Tripoli mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Jum'at (21/8/2020) bahwa Perdana Menteri Fayez al-Sarraj telah "mengeluarkan instruksi kepada semua pasukan militer untuk segera menghentikan tembakan dan semua operasi tempur di semua wilayah Libya."
GNA juga menyerukan diakhirinya blokade yang diberlakukan oleh pemberontak pimpinan Haftar terhadap fasilitas minyak di Libya timur.
Pemberontak memulai blokade di fasilitas minyak pada Januari, ketika mereka berhasil menguasai ladang minyak dan terminal ekspor di timur.
Dalam pernyataan terpisah, ketua parlemen pro-pemberontak yang berbasis di timur, Aguila Saleh, juga menyerukan penghentian permusuhan.
Belum ada komentar langsung dari Haftar atau milisi pemberontaknya.
Tetapi Misi Dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Libya menyambut baik dua pernyataan itu dan mendesak pengusiran semua pasukan asing dan tentara bayaran dari negara Afrika Utara itu.
Perkembangan tersebut menawarkan harapan untuk meredanya konflik di Libya. Baru-baru ini, Sirte menjadi titik nyala konflik, karena dua kursi kekuasaan yang bersaing di Libya dimobilisasi di sekitar kota.
Sirte jatuh ke tangan pemberontak pada Januari. Pemerintah Libya berjanji untuk merebut kembali kendali.
Pelindung asing dari pemerintah dan pemberontak juga memfokuskan upaya mereka di kota itu.
Dua kursi kekuasaan saingan telah muncul di Libya sejak 2014, yaitu pemerintah yang diakui secara internasional yang dijalankan oleh Perdana Menteri Fayyez Sarraj, dan parlemen yang berbasis di kota timur Tobruk, yang didukung secara militer oleh pemberontak Haftar.
Para pemberontak telah berjuang untuk menggulingkan pemerintah dengan dukungan dari Uni Emirat Arab, Mesir, dan Yordania. Tetapi pasukan pemerintah telah mendorong mereka sejauh Sirte, di garis pantai Mediterania, dengan bantuan penting dari Turki.
Libya pertama kali jatuh ke dalam kekacauan pada tahun 2011, ketika pemberontakan populer yang didukung oleh intervensi NATO menyebabkan penggulingan diktator lama Muammar Khadafi. (ptv)