AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Associated Press (AP) telah memecat seorang wartawannya, Emily Wilder, setelah melakukan kritik terhadap Israel dan mendukung perjuangan rakyat Palestina melalui medsosnya.
Kantor berita AS, yang berkantor pusat di New York City, dilaporkan memecat Wilder setelah menjadi sasaran pemberitaan ekstrem oleh outlet media Zionis karena aktivisme pro-Palestina di masa kuliah.
Wilder mengatakan kepada surat kabar Inggris Guardian bahwa dia “dipecat karena melanggar kebijakan media sosial perusahaan dalam Nilai dan Prinsip Berita mereka antara tanggal 3 Mei dan kemarin”.
Wilder mengatakan AP tidak memberikan rincian tweet mana yang melanggar kebijakannya.
Seorang juru bicara kantor berita itu mengatakan bahwa organisasi tersebut “dapat mengkonfirmasi komentar Emily Wilder pada hari Kamis (20/5/2021) bahwa dia diberhentikan karena pelanggaran kebijakan media sosial AP selama dirinya bekerja”.
“Tidak diragukan lagi saya baru saja dipecat,” kata Wilder kepada SFGATE melalui telepon Kamis sore.
Sebelumnya Emily mengatakan editornya telah memberitahu bahwa dirinya tidak akan mendapat masalah atas aktivitasnya selama kuliah, tetapi hal berbeda terjadi selanjutnya.
Minggu ini, outlet media Zionis menerbitkan cerita tentang Wilder, menyoroti kritik masa lalunya di media sosial rezim Israel dan Zionis, termasuk beritanya soal Sheldon Adelson – miliarder Yahudi di AS penyokong Partai Republik yang meninggal.
Dia sebelumnya bekerja dengan surat kabar Arizona Republic setelah lulus dari Universitas Stanford, ketika Stanford College Republicans men-tweet sebuah utas yang menyoroti dukungannya untuk Palestina.
Publikasi online Zionis Washington Free Beacon mengklaim bahwa perekrutan Wilder di Phoenix, Arizona, “dapat memicu kekhawatiran tentang objektivitas AP di tengah pengungkapan bahwa outlet berita itu berbagi gedung kantor dengan intelijen militer Hamas di Gaza”.
Pasukan Israel melancarkan serangan udara di sebuah gedung yang menampung beberapa organisasi berita, termasuk AP dan Al Jazeera di Kota Gaza pada hari Sabtu, di tengah putaran terakhir agresi Israel di daerah tersebut. Seluruh bangunan 12 lantai runtuh, menurut AP.
Pasukan rezim Israel mengatakan mereka mengebom gedung itu karena Hamas telah “menempatkan aset militer” di dalam gedung-gedung bertingkat tinggi untuk pengumpulan intelijen, komunikasi dan tujuan lain, klaim yang ditolak keras oleh media.
Bahkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia tidak melihat bukti yang menunjukkan bahwa intelijen militer Hamas sedang beroperasi di dalam gedung tersebut. (II)