CANBERA, AUSTRALIA (voa-islam.com) - Didorong oleh kekhawatiran atas keamanan lingkungan di Afghanistan yang semakin 'tidak pasti', Australia mengatakan akan menutup kedutaan besarnya di Kabul di tengah penarikan pasukan asing yang sedang berlangsung dari negara Asia Selatan itu.
Membuat pengumuman pada hari Selasa (25/5/2021), Perdana Menteri Scott Morrison menyoroti kesementaraan dari langkah-langkah yang akan berlaku mulai Jum'at.
Keputusan itu dibuat "sehubungan dengan penarikan militer internasional yang akan segera terjadi dari Afghanistan," katanya.
Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya sedang dalam proses menarik pasukan mereka dari Afghanistan sebagai bagian dari upaya nyata untuk akhirnya menutup tirai perang dan pendudukan yang telah berlangsung selama dua dekade.
Awalnya, dan seperti yang disepakati dalam kesepakatan AS dengan Taliban di Doha, Qatar tahun lalu, semua pasukan asing seharusnya meninggalkan Afghanistan pada 1 Mei. Namun bulan lalu, Presiden AS Joe Biden mendorong tenggat waktu mundur ke 11 September.
Taliban telah memperingatkan bahwa kegagalan untuk memenuhi tenggat waktu 1 Mei sebenarnya telah "membuka jalan bagi" para jihadis untuk mengambil setiap tindakan balasan yang mereka anggap tepat terhadap pasukan asing yang masih ada di Afghanistan.
Sekitar 80 tentara Australia juga meninggalkan Afghanistan.
Morrison mengatakan bahwa pemerintahnya "telah diberi tahu bahwa pengaturan keamanan tidak dapat diberikan untuk mendukung kehadiran diplomatik kami yang sedang berlangsung."
"Harapan Australia bahwa tindakan ini bersifat sementara dan kami akan melanjutkan kehadiran permanen di Kabul setelah keadaan memungkinkan," tambahnya.
Tidak jelas apakah ada ancaman khusus yang dibuat terhadap kedutaan.
Amerika Serikat akhir-akhir ini mengangkat masalah memberikan keamanan bagi diplomat asing di Afghanistan setelah penarikan, dalam menghadapi ancaman dari Taliban dan kelompok seprrti Islamic State (IS), yang menurut Duta Besar AS untuk Afghanistan Ross Wilson, tetap menjadi "kekuatan ampuh" di sana.
Akhir-akhir ini, telah terjadi pertempuran sengit baru antara pasukan Afghanistan dan Taliban, meningkatkan kekhawatiran pengambilalihan negara oleh jihadis tanpa adanya kesepakatan damai dengan pemerintah di Kabul.
Tetapi itu tidak menghentikan Presiden Ashraf Ghani untuk sesumbar memberikan jaminan bahwa militer Afghanistan sepenuhnya siap untuk menghadapi Taliban begitu pasukan asing keluar. Dia juga mendesak Taliban untuk mengumumkan gencatan senjata permanen.
Namun, kelompok jihadis itu telah meningkatkan pertempuran bahkan saat penarikan sedang dalam proses dan perwakilannya terlibat dalam pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan. (ptv)