View Full Version
Senin, 16 Aug 2021

Kedutaan Rusia: Mantan Presiden Ashraf Ghani Tinggalkan Kabul Dengan Mobil-mobil Penuh Uang Tunai

KABUL, RUSIA (voa-islam.com) - Mantan presiden Afghanistan yang didukung Barat, Ashraf Ghani, meninggalkan negaranya dengan membawa begitu banyak uang sehingga tidak bisa muat di helikopternya, dan dia terpaksa meninggalkan sejumlah uang di bandara, kata Kedutaan Besar Rusia di Kabul.

Berbicara kepada RIA Novosti, juru bicaranya Nikita Ishchenko menyebut pelarian Ghani sebagai "karakterisasi fasih" dari jatuhnya "rezim."

“Empat mobil diisi uang. [Mereka] mencoba memasukkan semua uang ke dalam helikopter, tetapi tidak semuanya muat. Sebagian uangnya dibiarkan tergeletak di aspal,” jelasnya, tanpa merinci bagaimana dia memperoleh informasi tersebut.

Ghani menjadi presiden Afghanistan pada September 2014, menandai pertama kalinya dalam sejarah negara itu kekuasaan dialihkan secara demokratis. Sejak pemilihannya, Ghani telah menikmati hubungan dekat dengan AS, yang telah memompa hampir satu triliun dolar ke negara itu.

Menurut sebuah studi tahun 2019 oleh Brown University di AS, Washington telah menghabiskan sekitar $978 miliar di Afghanistan dan Pakistan sejak 2001.

Situasi di Afghanistan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Pada hari Ahad, pejuang Taliban memasuki ibu kota, Kabul, dan menyatakan bahwa mereka telah menguasai seluruh negeri. Kelompok ini diakui di Rusia sebagai organisasi teroris. Pada hari yang sama, Ghani melarikan diri dari negara itu, mengklaim bahwa dia telah mengundurkan diri dan melarikan diri untuk mencegah pertumpahan darah di ibu kota. Menurut laporan awal, dia diterbangkan ke Tajikistan.

Pada hari Senin, juru bicara Taliban Mohammad Naeem menyatakan bahwa perang di Afghanistan telah berakhir dan menyerukan perdamaian.

Kemenangan Taliban datang setelah AS memutuskan untuk menarik pasukannya dari negara itu. Pada bulan April, Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa ia telah memutuskan untuk mengakhiri operasi di Afghanistan – kampanye militer asing yang paling berlarut-larut dalam sejarah AS. Semua pasukan dijadwalkan berangkat pada 11 September, hampir 20 tahun setelah perang dimulai. (RT)


latestnews

View Full Version