View Full Version
Ahad, 09 Jan 2022

Laporan: Iran Diduga Seludupkan Senjata Ke Pemberontak Syi'ah Houtsi Yaman

AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - PBB menemukan ribuan senjata yang baru-baru ini disita di Laut Arab kemungkinan berasal dari satu pelabuhan di Iran, bukti bahwa Teheran mengekspor senjata ke Yaman dan tempat lain, The Wall Street Journal melaporkan Sabtu (8/1/2022).

Yaman telah dilanda perang saudara sejak 2014, mengadu pemberontak Syi'ah Houtsi yang didukung Iran melawan pemerintah yang diakui secara internasional.

PBB memberlakukan embargo senjata terhadap Syi'ah Houtsi pada tahun 2015.

Amerika Serikat serta sekutu Arab Saudi - yang memimpin koalisi militer yang mendukung pemerintah Yaman - telah lama mengatakan pemerintah Syi'ah Iran memasok senjata kepada pemberontak Syi'ah Houtsi, tuduhan yang tidak mau diakui Teheran.

Mengutip laporan rahasia oleh panel ahli Dewan Keamanan PBB tentang Yaman, Journal menulis bahwa kapal dan transportasi darat digunakan untuk menyelundupkan senjata buatan Rusia, Cina dan Iran ke Yaman.

Senjata-senjata itu termasuk peluncur roket, senapan mesin dan senapan sniper, yang telah disita oleh Angkatan Laut AS dalam beberapa bulan terakhir.

Kapal yang digunakan untuk mengangkut senjata telah berangkat dari pelabuhan Jask di Iran tenggara, menurut laporan PBB, berdasarkan wawancara dengan awak kapal dan data dari instrumen navigasi di atas kapal, kata Journal.

Wakil menteri informasi kelompok pemberontak Syi'ah Houtsi membantah Iran menyelundupkan senjata ke Yaman, menurut Journal, dan Teheran mengatakan senjata itu tidak dijual atau diangkut ke negara itu.

Dalam beberapa bulan terakhir, pertempuran di Yaman telah membuat pasukan koalisi pimpinan Saudi melakukan serangan udara di ibu kota yang dikuasai pemberontak, Sana'a.

Riyadh mengatakan intervensi 2015 di Yaman ditujukan untuk mencegah sekutu Iran mengambil alih kekuasaan di depan pintunya.

PBB memperkirakan perang Yaman akan secara langsung atau tidak langsung menewaskan 377.000 orang pada akhir tahun.

Lebih dari 80 persen dari populasi sekitar 30 juta membutuhkan bantuan kemanusiaan. (TNA)


latestnews

View Full Version