KABUL, AFGHANISTAN (voa-islam.com) - Taliban pada hari Jum'at (14/1/2022) mendesak Washington untuk mengindahkan seruan Sekjen PBB untuk membuka dana Afghanistan yang dibekukan di Amerika Serikat, ketika krisis kemanusiaan semakin dalam.
Pihak berwenang AS membekukan miliaran dolar aset Afghanistan setelah kelompok jihadis itu merebut kekuasaan pada Agustus menyusul penarikan pasukan asing.
Pada hari Kamis, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta Washington untuk memimpin dan mencegah "mimpi buruk yang terjadi di Afghanistan" dengan membebaskan ibu kota, AFP melaporkan.
"Amerika Serikat harus menanggapi secara positif suara internasional dan membebaskan ibu kota Afghanistan," kata juru bicara pemerintah Taliban Zabihullah Mujahid di Twitter.
Washington telah menguasai hampir $9,5 miliar aset milik bank sentral Afghanistan.
Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia telah menangguhkan kegiatan di Afghanistan, menahan bantuan serta $340 juta dalam cadangan baru yang dikeluarkan oleh IMF pada Agustus.
Banyak negara Barat juga sebagian besar menangguhkan bantuan mereka ke Afghanistan, salah satu negara termiskin di dunia.
Badan-badan bantuan dan PBB telah memperkirakan bahwa lebih dari setengah dari 38 juta penduduk negara itu diperkirakan akan menghadapi kelaparan musim dingin ini.
"Kita harus... dengan cepat menyuntikkan likuiditas ke dalam perekonomian dan menghindari kehancuran yang akan menyebabkan kemiskinan, kelaparan, dan kemelaratan bagi jutaan orang," kata Guterres kepada wartawan di New York. (AA)
Komentarnya muncul dua hari setelah PBB mengatakan membutuhkan bantuan sebesar $5 miliar untuk Afghanistan pada 2022.