AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Seorang wanita Amerika telah ditangkap dan didakwa bergabung dengan kelompok Islamic State (IS) dan memimpin batalion yang semuanya perempuan, demikian diungkapkan Departemen Kehakiman AS.
Allison Fluke-Ekren, mantan guru Kansas, yang memimpin batalion di Suriah bernama Katibah Nusaybah, telah ditangkap oleh FBI karena melatih wanita dan anak-anak untuk menggunakan senapan serbu dan sabuk bom jibaku, kata jaksa federal saat mereka membuka kasus kriminal.
Sebuah pengaduan pidana yang diajukan pada tahun 2019 di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Timur Virginia, mendakwa Fluke-Ekren dengan menyediakan dan berkonspirasi untuk memberikan dukungan materi kepada IS.
Fluke-Ekren, 42, sebelumnya ditangkap di Suriah dan dipindahkan ke tahanan FBI hari Sabtu (29/1/2022), di mana dia pertama kali dibawa ke Distrik Timur Virginia.
Dia akan tampil pertama kalinya di gedung pengadilan federal di Alexandria pada hari Senin, menurut pernyataan Departemen Kehakiman. Jika terbukti bersalah, Fluke-Ekren, menghadapi hukuman maksimal 20 tahun penjara. Dia belum mengajukan pembelaan, menurut rilis berita.
Ibu dari lima anak, diduga melatih anak-anaknya sendiri untuk menggunakan AK-47 dan sabuk bom jibaku, menerjemahkan pidato yang dibuat oleh para pemimpin Islamic State, dan juga diduga merekrut agen untuk kemungkinan serangan di masa depan di kampus perguruan tinggi Amerika, kata DOJ.
Fluke-Ekren diduga memberi tahu seorang saksi tentang keinginannya untuk melakukan serangan di Amerika Serikat. “Untuk melakukan serangan itu, Fluke-Ekren diduga menjelaskan bahwa dia bisa pergi ke pusat perbelanjaan di Amerika Serikat, memarkir kendaraan yang penuh bahan peledak di basement atau tingkat garasi parkir bangunan tersebut, dan meledakkan bahan peledak di dalam kendaraan dengan perangkat pemicu ponsel,” kata pernyataan itu.
Jaksa mengatakan Fluke-Ekren meninggalkan AS pada 2008 ke Mesir, tinggal di sana selama sekitar tiga tahun dan kemudian pindah ke Libya, di mana dia tinggal selama sekitar satu tahun sebelum menyelinap ke Suriah bersama suaminya, seorang pelatih penembak jitu IS.
Fluke-Ekren dan suaminya diduga membawa $15.000 ke Suriah untuk membeli senjata, granat, dan perlengkapan militer lainnya. Dia telah terlibat dalam berbagai kegiatan atas nama IS setidaknya sejak 2014, kata jaksa.
Ada sekitar 5.000 warga Eropa yang telah melakukan perjalanan ke Irak dan Suriah selama dekade ini sebagai "pejuang asing" di mana sekitar 20% adalah wanita dan anak-anak, menurut laporan. Ini tidak termasuk anak-anak yang lahir di Irak dan Suriah dari pejuang asing. (ptv)