UNI EMIRAT ARAB (voa-islam.com) - Uni Emirat Arab (UEA) mencegat dan menghancurkan rudal balistik yang diluncurkan oleh kelompok Houthi Yaman sebelum fajar pada hari Senin (31/1/2022), menandai insiden ketiga bulan ini.
Kementerian pertahanan UEA, dalam sebuah pernyataan, mengatakan bahwa puing-puing dari rudal itu jatuh di daerah yang tidak berpenghuni dan tidak ada korban jiwa.
Insiden itu menyusul dua serangan sebelumnya di UEA dalam beberapa pekan terakhir. Dalam serangan pertama pada 17 Januari, tiga pekerja asing tewas, sedangkan serangan kedua berhasil dicegat.
Pemberontak Syi'ah Houtsi belum mengomentari serangan Senin tetapi mengatakan mereka akan merilis "dalam beberapa jam mendatang" pernyataan tentang operasi di UEA.
Serangan itu terjadi ketika Presiden Israel Isaac Herzog melakukan kunjungan pertamanya ke UEA, yang menormalkan hubungan dengan Israel di bawah perjanjian yang ditengahi pada tahun 2020 bersama mantan Presiden AS Donald Trump.
"Presiden telah diberitahu tentang rincian insiden itu," kata kantor Herzog dalam sebuah pernyataan mengenai serangan Senin. "Tidak ada bahaya yang ditimbulkan juga tidak ada bahaya yang ditimbulkan kepada presiden dan delegasinya."
AS pada hari Kamis menyarankan warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke UEA karena ancaman rudal atau serangan pesawat tak berawak pemberontak Syi'ah Houtsi.
“Kelompok pemberontak yang beroperasi di Yaman telah menyatakan niat untuk menyerang negara-negara tetangga, termasuk UEA, menggunakan rudal dan pesawat tak berawak. Serangan rudal dan pesawat tak berawak baru-baru ini menargetkan daerah berpenduduk dan infrastruktur sipil,” Departemen Luar Negeri memperingatkan saat itu.
UEA adalah bagian dari koalisi militer pimpinan Saudi yang mendukung pemerintah Yaman melawan gerakan Houtsi yang menjadi kaki tangan Iran.
Pada 2019, UEA mengatakan telah menarik pasukannya dari Yaman, namun tetap menjadi pemain yang berpengaruh.
Perang di Yaman dimulai pada tahun 2014 ketika pemberontak Syi'ah Houtsi merebut ibu kota Sana'a dan sebagian besar negara berpenduduk mayoritas Sunni tersebut, mendorong pasukan pimpinan Saudi untuk campur tangan untuk menopang pemerintah pada tahun berikutnya. (MEE)