View Full Version
Jum'at, 06 May 2022

Rusia Klaim Tidak Akan Gunakan Senjata Nuklir Di Ukraina

MOSKOW, RUSIA (voa-islam.com) - Rusia tidak berniat menggunakan senjata nuklir di Ukraina, klaim wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri negara itu, Jum'at (6/5/2022).

Ditanya tentang laporan oleh media Barat tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir dalam perang Rusia-Ukraina, Alexey Zaytsev mengingat bahwa spekulasi semacam itu datang dari Barat, bukan untuk pertama kalinya, dan menyebutnya sebagai "kebohongan yang disengaja."

“Kami berulang kali harus membantah sindiran tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir oleh Rusia dalam operasi militer khusus. Ini adalah kebohongan yang disengaja.

"Rusia dengan tegas menganut prinsip bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir, dan itu tidak boleh dilepaskan," tegas Zaytsev.

Dia mengingatkan bahwa negara-negara nuklir, atas inisiatif Rusia, menegaskan kembali kepatuhan mereka pada prinsip ketidakmungkinan untuk memenangkan perang nuklir.

"Tahun lalu, Rusia yang mampu meyakinkan Amerika Serikat, dan kemudian seluruh negara nuklir, untuk mengkonfirmasi komitmen mereka terhadap prinsip ini," kata Zaytsev.

Diplomat itu sekali lagi menyebutkan persyaratan yang ditentukan oleh doktrin militer Rusia untuk penggunaan senjata nuklir -- sebagai tanggapan atas penggunaan nuklir dan jenis senjata pemusnah massal lainnya terhadap Moskow atau sekutunya, atau dalam kasus agresi terhadap Rusia dengan penggunaan senjata konvensional ketika keberadaan negara terancam.

Namun dia mengklaim dia memperhatikan bahwa spekulasi semacam itu dapat menandakan bahwa Barat membantu Ukraina mempersiapkan provokasi nuklir di Ukraina untuk menuduh Rusia melakukannya.

"Setiap provokasi dapat diharapkan dari Barat dan Ukraina. Kami harus siap untuk setiap perkembangan peristiwa di bidang media dan langsung di lapangan," katanya.

Setidaknya 3.280 warga sipil telah tewas dan 3.451 lainnya terluka di Ukraina sejak Rusia melancarkan perang di negara itu pada 24 Februari, menurut perkiraan PBB. Jumlah korban sebenarnya dikhawatirkan jauh lebih tinggi.

Lebih dari 5,7 juta orang telah melarikan diri ke negara lain, dengan sekitar 7,7 juta orang mengungsi, menurut data dari badan pengungsi PBB. (AA)


latestnews

View Full Version