AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Pemimpin Al-Qaidah Syaikh Ayman Al-Zawahiri telah gugur oleh serangan udara AS di Afghanistan, Presiden AS Joe Biden telah mengklaim.
Berbicara kepada bangsa Amerika dari balkon di Ruang Biru Gedung Putih, Biden mengklaim "keadilan telah ditegakkan" setelah mengizinkan serangan yang membunuh salah satu orang yang dituduh sebagai dalang serangan 11 September 2001 atau yang di Barat dikenal dengan istilah 9/11.
"Pemimpin teroris ini tidak ada lagi," tambah Biden, sebelum mengungkapkan harapannya pembunuhan itu membawa "satu lagi ukuran penutupan" bagi keluarga dari hampir 3000 orang yang tewas dalam serangan pada 11 September 2001.
Sang presiden menambahkan bahwa Afghanistan "tidak akan pernah lagi menjadi tempat perlindungan teroris" setelah serangan itu dilakukan hampir setahun setelah pasukan AS menarik diri dari negara itu.
Syaikh Ayman Al-Zawahiri sedang berdiri di balkon sebuah rumah persembunyian di pusat kota Kabul pada Ahad pagi ketika dia terbunuh oleh dua rudal Hell Fire yang ditembakkan dari sebuah pesawat tak berawak.
Biden mengklaim tidak ada anggota keluarga pemimpin jihadis yang terluka dan tidak ada korban sipil.
Presiden AS mengatakan: "(Al-Zawahiri) sangat terlibat dalam perencanaan 9/11. Salah satu yang paling bertanggung jawab atas serangan itu, dan membunuh 2.977 orang di tanah Amerika.
"Selama beberapa dekade, dia adalah dalang di balik serangan terhadap Amerika, termasuk pemboman USS Cole pada tahun 2000, yang menewaskan 17 pelaut Amerika dan melukai puluhan lainnya.
"Dia memainkan peran kunci, peran kunci dalam pemboman kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania, menewaskan 224 orang dan melukai lebih dari 4.500 lainnya."
FBI telah menawarkan $25 juta (-+Rp 371 miliar) untuk "informasi yang mengarah pada penangkapan atau pembunuhan" dari pemimpin jihadis berusia 71 tahun tersebut.
Operasi untuk membunuh Al-Zawahiri direncanakan berbulan-bulan, menurut seorang pejabat senior pemerintah AS.
Biden pertama kali diberitahu tentang rencana operasi untuk menangkap pemimpin Al-Qaidah itu pada 1 Juli tahun ini.
Tapi itu jauh di awal tahun ketika intelijen menyatakan bahwa istri dan anak-anaknya telah pindah ke Kabul. Dia dan keluarganya diyakini sampai saat itu bersembunyi di Pakistan.
Keluarga itu berada di sebuah rumah persembunyian di mana, kata pejabat AS, Zawahiri akhirnya terlihat juga.
Dia diawasi selama beberapa bulan dan pola hidupnya dicatat. Dia tidak pernah meninggalkan rumah tetapi menghabiskan waktu di balkon di mana dia akhirnya terbunuh.
Pejabat itu mengklaim kematian Syaikh Al-Zawahiri adalah "pukulan signifikan bagi Al-Qaidah dan akan menurunkan kemampuan mereka untuk beroperasi".
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid telah mengkonfirmasi bahwa serangan itu terjadi dan mengutuk keras itu, menyebutnya sebagai pelanggaran "prinsip-prinsip internasional".
Berbicara pada 31 Agustus 2021, setelah pasukan AS terakhir meninggalkan Afghanistan, Biden mengatakan AS tidak akan berhenti berjuang melawan para jihadis di negara itu atau di tempat lain.
"Kami akan mempertahankan perang melawan terorisme di Afghanistan dan negara-negara lain," katanya.
"Kita tidak perlu melakukan perang darat untuk melakukannya."
Meninjau serangan yang akan terjadi 11 bulan kemudian, Biden mengklaim pada saat itu: "Kami memiliki apa yang disebut kemampuan over-the-horizon, yang berarti kami dapat menyerang teroris dan target tanpa tentara Amerika di darat - atau sangat sedikit, jika diperlukan. ."
Ini adalah "hasil" paling signifikan bagi Amerika sejak Navy Seal AS membunuh Syaikh Usamah Bin Ladin di tempat persembunyiannya di Pakistan pada 2011.
Syaikh Ayman Al-Zawahiri secara harfiah adalah tangan kanan Syaikh Usamah Bin Ladin dan ketika orang yang dituduh sebagai dalang 9/11 itu terbunuh, dia menjadi pemimpinnya, sampai akhir pekan ini.
Dipercaya secara luas bahwa pria berusia 71 tahun itu bersembunyi di suatu tempat di Pakistan, membuat pembunuhannya di ibu kota Afghanistan, Kabul, semakin mengejutkan.
Dalam beberapa tahun terakhir dia tidak menjadi tokoh yang aktif, tetapi telah memegang peran tokoh yang selalu hadir di atas sebuah organisasi yang ambisi anti-Baratnya tidak pernah berubah.
Amerika mengatakan sebuah pesawat tak berawak digunakan dalam operasi untuk membunuhnya. Ini signifikan. Sejak penarikan AS dari Afghanistan musim panas lalu, militer AS telah dipaksa untuk melakukan operasi kontra jihadis dan menghilangkan segala ancaman yang dirasakan dari luar perbatasan Afghanistan.
Selama penarikan yang kacau, para pejabat Amerika mengklaim bersikeras bahwa operasi "di cakrawala" akan efektif.
Presiden Biden berulang kali mengatakan bahwa dia tidak akan membiarkan Afghanistan menjadi tempat yang aman bagi para jihadis.
Syaikh Ayman Al-Zawahiri dituduh membantu mengoordinasikan serangan 9/11 di mana empat pesawat penumpang dibajak dan diterbangkan ke kedua menara World Trade Center di New York, Pentagon, dan sebuah lapangan di Pennsylvania.
Serangan itu diklaim menewaskan hampir 3.000 orang pada 11 September 2001.
Dia juga didakwa di AS atas dugaan perannya dalam pemboman 7 Agustus 1998 di kedutaan AS di Dar es Salaam di Tanzania dan Nairobi di Kenya.
Orang Mesir itu pernah menjadi dokter pribadi Syaikh Usmah Bin Ladin sebelum menjadi wakilnya dan akhirnya menjadi penggantinya.
Syaikh Al-Zawahiri dikatakan sebagai otak di balik beberapa ambisi terbesar kelompok tersebut, termasuk upaya kelompok itu yang gagal untuk memperoleh senjata nuklir dan biologi.
Dalam beberapa tahun terakhir ia memimpin Al-Qaidah pada saat penurunan, dengan sebagian besar tokoh pendiri kelompok itu terbunuh atau bersembunyi. (Sky)