View Full Version
Selasa, 18 Oct 2022

Warga Kanada Divonis 20 Tahun Penjara Karena Rekrut Orang Kanada Dan AS Untuk Begabung Dengan IS

AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) — Seorang warga negara Kanada yang tinggal di California Selatan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara pada hari Senin (17/10/2022) karena membantu setidaknya setengah lusin warga Kanada dan Amerika bergabung dengan kelompok Islamic State (IS) di Suriah pada tahun 2013 hingga2014.

Abdullahi Ahmed Abdullahi secara langsung mendanai “tindakan kekerasan terorisme,” termasuk penculikan dan pembunuhan orang-orang di Suriah, kata Jaksa AS Randy Grossman dalam sebuah pernyataan.

Abdullahi mengakui dalam kesepakatan pembelaan bahwa dia membantu seorang penduduk San Diego, Douglas McAuthur McCain, bergabung dengan IS. McCain terbunuh di Suriah saat berperang bersama pejuang Islamic State melawan pasukan oposisi Suriah pada tahun 2014.

Jaksa juga mengatakan Abdullahi memberikan uang untuk mengirim sepupu berusia 18 tahun dari Minneapolis, Minnesota, untuk bergabung dengan pejuang IS di Suriah, serta tiga sepupu lainnya dari Edmonton, Kanada.

Semua dari mereka tewas dalam pertempuran, menurut pemerintah AS.

Abdullahi ditahan oleh otoritas Kanada pada 2017 dan diekstradisi ke AS dua tahun kemudian. Dia mengaku bersalah memberikan dukungan material kepada Islamic State pada tahun 2021.

Dia juga mengaku merampok toko perhiasan Edmonton pada Januari 2014 untuk mengumpulkan uang guna mendanai para pejuang asing. Beberapa minggu setelah melakukan perampokan itu, Abdullahi mengirim uang ke McCain agar dia bisa pergi ke Suriah.

Saudara laki-laki McCain, Marchello McCain, dijatuhi hukuman 10 tahun penjara pada 2018 di penjara federal AS karena membuat pernyataan palsu selama beberapa wawancara dengan agen federal dari 2014 hingga 2015, termasuk menyangkal mengetahui bahwa saudaranya berencana berperang untuk IS. Dia mengatakan kepada FBI bahwa dia mengira saudaranya akan pergi ke Turki untuk bermain musik dan mengajar bahasa Inggris.

AS mengumumkan awal bulan ini bahwa mereka membunuh tiga pemimpin Islamic State dalam dua operasi terpisah, termasuk serangan darat yang jarang terjadi di bagian timur laut Suriah di bawah kendali pemerintah.

Terlepas dari kekalahan mereka di Suriah pada 2019, ketika IS kehilangan bagian terakhir tanah yang pernah dikuasai para pejuangnya, sel-sel tidur kelompok itu terus melakukan serangan mematikan di Suriah dan Irak. (ZW)


latestnews

View Full Version