KABUL, AFGHANISTAN (voa-islam.com) - Pemerintah Taliban Afghanistan pada hari Sabtu (1/7/2023) meng-capture pernyataan spontan Presiden AS Joe Biden untuk menggarisbawahi klaim mereka bahwa tidak ada ancaman Al-Qaidah di negara itu.
Biden meninggalkan konferensi pers pada hari Jum'at tentang keputusan Mahkamah Agung AS untuk memblokir program keringanan utang mahasiswanya ketika seorang reporter bertanya apakah dia mengakui kesalahan selama penarikan dari Afghanistan pada tahun 2021.
"Tidak tidak. Semua bukti akan kembali,” jawabnya, menurut transkrip Gedung Putih.
“Apakah Anda ingat apa yang saya katakan tentang Afghanistan? Saya katakan Al-Qaidah tidak akan ada di sana. Saya mengatakan itu tidak akan ada di sana. Saya katakan kami akan mendapat bantuan dari Taliban. Apa yang terjadi sekarang? Apa yang sedang terjadi? Baca pers Anda. Saya benar."
Pertanyaan itu dipicu oleh sebuah laporan yang dirilis Jum'at yang mengatakan pejabat AS terhambat selama evakuasi massal dari Afghanistan pada tahun 2021 karena kurangnya pengambilan keputusan yang jelas, tidak adanya manajemen krisis terpusat dan pesan publik yang membingungkan.
Apa yang disebut After Action Review diperintahkan oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken setelah kemarahan atas adegan kacau di Kabul ketika pejuang Taliban merebut kendali setelah berakhirnya kehadiran militer AS selama 20 tahun.
Pada hari Sabtu, kementerian luar negeri Afghanistan meng-capture komentar Biden.
"Kami menganggap pernyataan Presiden AS Joe Biden tentang tidak adanya kelompok bersenjata di Afghanistan sebagai pengakuan atas kenyataan," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
“Ini membantah laporan baru-baru ini oleh Tim Pemantau Sanksi PBB yang menuduh kehadiran & operasi lebih dari dua puluh kelompok bersenjata di Afghanistan.”
Pada bulan Mei, sebuah laporan PBB mengatakan ada indikasi kelompok bersenjata seperti Al-Qaidah sedang membangun kembali di negara tersebut.
“Hubungan antara Taliban dan Al-Qaidah dan Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP) tetap kuat dan bersimbiosis,” katanya.
“Berbagai kelompok jihadis memiliki kebebasan yang lebih besar untuk bermanuver di bawah otoritas de facto Taliban. Mereka memanfaatkan ini dengan baik, dan ancaman jihadis meningkat baik di Afghanistan maupun di kawasan itu.”
Penguasa Taliban Afghanistan bersikeras bahwa mereka tidak mengizinkan tanah negara itu digunakan oleh kelompok bersenjata yang berkomplot melawan negara lain, dan menyangkal keberadaan Al-Qaidah.
Mereka belum mengakui pembunuhan pemimpin Al-Qaidah Syaikh Ayman Al-Zawahiri oleh serangan pesawat tak berawak AS di pusat Kabul tahun lalu, dengan mengatakan penyelidikan atas insiden itu terus berlanjut. (Aby/Ab)